Maaf jika kita tidak sependapat alias beda persepsi. Istilah hari yang buruk atau kelam itu tidak ada. Semua hari itu baik, bahkan istimewa.
Sekiranya ada hari yang buruk dan kelam, itu sebenarnya datang dari pikiran kita sendiri.
Jangan punya anggapan bahwa kejadian yang buruk, sedih, bahkan hal yang tragis itu terjadi karena nasib atau takdir Tuhan.
Sebegitu jahatkah kita berpikir tentang Sang Maha Baik?
Coba telusuri sebab musabab kejadian kelam yang menimpa kita, bagaimana reaksi, tanggapan, jalan keluar, dan penyelesaiannya.
Misalnya, kita naik sepeda motor dengan hati-hati, bahkan sudah di pinggir, tapi ditabrak dari belakang. Sepeda motor ringsek dan kita terluka.
Atau, kita menyeberang jalan di rambu-rambu yang telah ditentukan, tapi juga ditabrak.
Kita ekstra hati-hati, tetapi mengalami musibah, dan celaka.
Kecelakaan itu bisa terjadi, karena faktor sembrono dan tidak hati-hati. Berawal dari kita yang meleng atau orang lain yang sembrono.
Cara berpikir dan reaksi kita dalam menanggapi kecelakaan itu, juga menentukan pribadi kita yang sebenarnya.
Saat kita reaktif dan emosi, berbeda hasilnya jika dibandingkan dengan kita yang mampu berpikir jernih dan hati tenang dalam menghadapi masalah itu. Kita sendiri yang memutuskan untuk menyikapinya dengan bijak.
Hari-hari terasa muram dan hidup sengsara itu biasa terjadi pada orang yang ceroboh dalam berpikir, berbicara sembrono, dan berperilaku tidak terpuji.
Sebaliknya, orang yang rendah hati menemukan hikmah dalam peristiwa hidupnya. Resepnya adalah pujian dan syukur kepada Tuhan. Hidup ini anugerah agar kita mengabdi kepada-Nya.