SUTRADARA Josephine Decker mengangkat Shirley dari novel biografi karya Susan Scarf Merrell sebagai sempalan biopic dalam sebuah psikodrama yang menawan. Meski bukan film untuk semua orang, Shirley hadir sebagai film yang cerdas sekaligus menggemaskan. Decker cukup piawai menerjemahkan naskah Sarah Gubbins yang bagus ini ke layar lebar. Se-sureal sosok Shirley Jackson, Decker bermain-main dengan gambar bak dalam mimpi yang kadang terkesan misterius, seram dan tak nyata, dengan transisi established shotyang tenang dan indah.
Elisabeth Moss membuktikan dirinya aktris serba bisa yang underrated. Moss rela tampil jelek, tambun, berminyak, selintas tak ada yang menarik, kecuali otaknya. Namun hanya dengan tatapan mata dan tarikan bibirnya, Moss memainkan emosinya dan emosi penonton. Eksentrik dan tak bisa ditebak, Moss memainkan Shirley dengan sangat baik. Kita percaya ia adalah penulis ‘gila’ yang terjebak pada pikiran dan khayalannya sendiri, serta tengah berjuang keras menyelesaikan karya berikutnya dengan cara apa pun.
Pemeran suaminya, Michael Stuhlbarg bermain bagus. Manipulatif, pintar, menyebalkan, suka mengontrol dan merasa dirinya paling hebat, meski di sisi lain ia begitu mendukung karir istrinya. Lalu, Odessa Rush pemeran Rose juga berakting keren. Dengan wajahnya yang mengingatkan perempuan-perempuan tahun 50-an Odessa adalah pilihan tepat sebagai Rose yang lugu, setia, ingin tahu, sekaligus galau. Sayang Logan Lerman yang memerankan Fred Nemser selain kelewat babyface juga bermain paling standar, dibanding tiga casts lain.
Shirley adalah sedikit dari film bagus yang hadir di masa pandemi ini. Dan sekali lagi, meski bukan film untuk semua orang, tapi ini film wajib tonton bagi penyuka biopic tak biasa tentang orang tak biasa.
Rating: B
Genre: Biography, Drama
Sutradara: Josephine Decker
Pemain: Elizabeth Moss, Odessa Young, Michael Stuhlbarg, Logan Lerman
Produksi: LAMB, Killer Films
Tayang di: Hulu, DVD