Silaturahmi itu perlu dan penting. Tidak sebatas ajang tukar kabar atau temu kangen. Tapi untuk membangun kebersamaan agar hubungan perseduluran itu makin akrab, guyup, dan rukun.
Silaturahmi, ya, silaturahmi itu baik, bahkan sangat baik, asal kita tidak salah arah, kebablasan, dan kecanduan. Sebab, jika tidak disikapi dengan bijak, kita sulit terlepas dari jerat candu itu. Sehingga kita jadi lupa waktu dan lupa diri.
Begitu pula, jika silaturahmi itu tidak dijaga dengan seksama dan hati-hati untuk saling memahami, maka hubungan perseduluran itu bisa berantakan, dan hancur.
Coba bertanya pada diri sendiri. Apa yang kita lakukan, ketika bangun pagi?
Maaf, bisa jadi, secara reflek dan pertama kali yang kita lakukan adalah mencari HP.
Kita lalu membuka WA, FB, atau yang lainnya. Kita bersay helo, kirim kabar, pasang status, atau membaca berita. HP seperti telah menyatu dan mendarah daging dengan hidup kita.
Berapa banyak di antara kita, ketika bangun pagi, kita ingat dan sadar diri untuk berterima kasih dan mengucap syukur pada Allah yang anugerahi hidup ini?
Sesungguhnya, ketika bangun pagi, kita disapa dan peroleh salam kasih dari Allah. Bukannya kita tenggelam asyik bermain HP, melainkan untuk bersilaturahmi kasih dengan Allah.
Kita tidak seharusnya membaca firman-Nya melalui HP, tapi lewat Kitab Suci agar kita makin fokus untuk mendengar, merenungkan, dan melaksanakannya dalam hidup keseharian.
Silaturahmi kasih dengan Allah semestinya jadi nafas hidup kita agar kita mampu membangun hubungan yang baik dengan sesama.
Dengan makin sering dan inten, kita silaturahmi dengan Allah, semoga jalinan kasih kita pada sesama pun makin nyata dalam hidup ini.
Silaturahmi kasih untuk melayani sesama.
Foto : Joseph Redfield Nino/ Pixabay
Terowongan Silaturahmi Penghubung Antara Gereja Katedral dan Masjid Istiqlal, Simbol Kebersatuan