Setengah jam kemudian, mobil yang dikemudikan Hasief tiba di pintu gerbang sebuah kompleks perumahan elite.
Pintu gerbang itu terbuka dengan sendirinya setelah kamera khusus membaca plat nomer mobil dan mengenali wajah pengemudinya. Sementara petugas jaga di dalam pos tampak mengangguk dan memberi tanda hormat kepada Hasief. Hasief pun melambaikan tangannya.
Setelah melewati beberapa perempatan di dalam kompleks, Hasief memasukkan mobilnya ke halaman sebuah rumah sudut yang berpagar rendah. Kompleks perumahan itu memang tidak mengizinkan pemilik rumah memasang pagar halaman sendiri. Pekarangan rumah hanya boleh dibatasi dengan pagar hidup atau gundukan rumput dan perdu hias. Kecuali di gerbang utama menuju garasi rumah.
Hasief memasukkan mobilnya setelah pintu garasinya terbuka otomatis bergeser ke atas. Lalu ia keluar dari mobilnya, bersamaan dengan pintu garasi yang menutup kembali secara otomatis. Ia tidak melihat Aryo. Asisten dan penjaga rumahnya itu biasanya berada di lantai atas kamar pembantu. Kalau tidak menonton film, pasti main video game.
Setelah melewati dapur kering dan bar, Hasief masuk ke ruang tengah, kemudian menuju sebuah pintu bercat biru. Ia memeriksa wadah di atas sebuah rak di dekat pintu itu. Lalu ia mengambil sebuah amplop, memeriksa isinya, dan mengambil USB drive di dalamnya.
Hasief menekan tombol sandi di samping pintu itu. Pintu biru pun terbuka. Lalu ia masuk dan langsung menuju tempat kerjanya. Pintu itu menutup kembali secara otomatis.
Sejumlah monitor televisi terpampang di hadapan Hasief. Ia menekan tombol dan menghidupkan seluruh perangkat di ruang monitor digital itu. Ia membuka “LaptopKu” lalu menancapkan USB drive dan menghidupkan komputer lipat itu. Apa yang tampak di layar komputer tertayang pula secara simultan di layar monitor besar di hadapannya.
Beberapa detik kemudian, di layar monitor tampil tayangan Gedung Annex Polda pagi tadi. Video yang di dalam USB itu agaknya sudah dimatikan rekaman suaranya dengan sengaja. Tampak kamera bergerak memasuki pintu lobby, lalu masuk ke dalam lift, dan keluar lift di lantai lima. Kamera didatangi petugas jaga, dan si petugas mengucapkan sesuatu. Beberapa detik kamera gelap. Petugas tampak memindai sepasang retina matanya. Pintu lorong terbuka. Ia mengajak kamera memasuki lorong. Setiba di depan sebuah pintu tampak tangan petugas mengetuk. Pintu terbuka dari dalam. Seseorang mempersilakan mereka masuk.
Kamera masuk ke ruangan rapat. Sejumlah orang menyambut kedatangan kamera dengan senyum. Kamera mendatangi satu persatu meja rapat. Di setiap meja tampak sepasang tangan meletakkan kotak pizza. Sesaat kemudian kamera keluar mengikuti punggung petugas jaga. Kamera masuk lift. Tapi, pintu lift ditahan sebuah tangan dari arah dalam. Kamera menghadap petugas jaga yang datang. Petugas tampak terbelalak, memegang jantungnya, dan kemudian terkapar. Pintu lift menutup. Ketika pintu lift terbuka, di luar tampak Iptu Tiara tengah asyik dengan telepon genggamnya. Sekilas Tiara tampak melihat ke arah kamera. Lalu kamera bergegas ke luar lobby. Kamera menuju sebuah mobil pengantar pizza di lapangan parkir.
Dari dalam mobil, lensa kamera mengarah ke lantai lima gedung Polda. Sebuah ledakan hebat baru terjadi. Lalu mobil bergerak meninggalkan lapangan parkir, melewati mobil Hasief. Sekilas Hasief tampak tengah mengarahkan kameranya ke arah ledakan. Layar monitor pun gelap.
Hasief termangu. Ia memutar ulang rekaman itu. Pada gambar terakhir, ketika kamera melewati punggung Hasief, ia menghentikan gambar itu. Hasief memikirkan dan mengingat-ingat, apakah ia merasakan ada mobil lewat di belakangnya saat itu. Ia tak ingat. Ia memutar mundur lagi rekaman itu saat terlihat kamera mendekati mobil pizza. Ya, ia ingat. Mobil itu sudah ada ketika Hasief memarkirkan mobilnya. Tapi, kamera tidak menampilkan nomer plat mobil itu.
Hasief lalu mengulang lagi rekaman itu dari awal. Ia menghentikan gambar ketika kamera menyorot petugas jaga di depan lift. Tampak nama petugas itu: “Tulus” dengan tanda pangkat Kopral Satu Polisi. Hasief mencatatnya.
Lalu di ruang rapat itu Hasief mencatat nama-nama yang hadir yang tertulis di dada kanan masing-masing. Mulai dari Kompol Arka, Iptu Rino, Ipda Nanang, Aiptu Rio, Aipda Jonggi, Bripka Harry, Briptu Moko, Briptu Riki, Bripda Ruslan, Bripda Teddy, dan Bripda Ferdi.
Seharusnya ada duabelas orang di ruang itu, termasuk Iptu Tiara. Artinya, 11 orang tewas karena ledakan bom di dalam ruangan, dan satu orang tewas ditembak di depan lift. Tapi Hasief tak bisa mengidentifikasi pembawa kamera tersembunyi yang menaiki mobil pizza itu.
Ia terngiang lagi ucapan Tiara tadi.
“Saya terjebak di lift karena listrik mendadak mati…!”
Hasief lalu mengeluarkan kameranya dari ransel. Ia menyiapkan dirinya untuk tayangan live. Tapi terdengar bunyi notifikasi di telepon genggamnya. Ia membacanya. Ada kiriman gambar. Hasief membuka pesan gambar itu. Ternyata sebuah screen-shot:
“Semoga Tiara sehat walafiat. Amin.”






