“Baik. Tolong sampaikan pesan saya.”
“Pesan dengan suara atau hanya teks?”
“Bisa dengan audio visual?”
“Jangan remehkan kemampuan saya Aline. Saya bisa melakukan apa saja sesuai kecanggihan teknologi ini…!”
“Maaf TemanKu. Saya tidak bermaksud meremehkan…!” kata Aline sambil tersenyum.
“Permintaan maaf diterima.”
“Baiklah. Sampaikan pesan audio visual saya, ya…!”
“Siap, Aline. Satu, dua, tiga…! Mulai…!”
“Bung JS. Terima kasih untuk dua pesan atau peringatan Anda. Tapi saya belum tahu siapa Anda. Apakah Anda manusia atau robot? Kalau robot tak perlu menjawab. Tapi kalau Anda manusia, sila kontak saya langsung. Setiap saat. Jangan jadi pengecut atau pecundang…!” kata Aline memancing, sementara dalam hatinya ia membayangkan tengah berbicara kepada temannya, Jaka Suhana.
“Pesan sudah dikirim. Wajah Aline cantik sekali…!”
“Terima kasih TemanKu…!” kata Aline sambil tertawa.
“Jangan menertawakan saya Aline. Saya serius!”
“Oh, maafkan saya, TemanKu….!”
“Permintaan maaf diterima. Apa lagi yang bisa saya bantu?”
“Tidak. Terima kasih. Saya hanya menunggu jawaban JS”
“Baik. Semoga JS cepat menjawab.”
“Selamat siang, TemanKu”
“Selamat siang, Aline!”
Aline terus memacu motornya sambil menanti jawaban dari JS. Tapi yang ditunggunya belum memberikan tanda-tanda. Ia pun mengalihkan tujuannya ke pusat kota. Dari kejauhan ia melintasi kawasan Kepolisian Daerah yang di salah satu gedungnya tampak masih mengepulkan asap, kendati api sudah berhasil dipadamkan.
Tiba-tiba ia dikejutkan deru sepeda motor yang sangat keras dan kencang. Dari arah belakangnya muncul sebuah sepeda motor dengan kecepatan tinggi. Sepeda motor itu ditunggangi dua orang pria yang mengenakan helm hitam. Dan di belakangnya, tampak sebuah mobil bak terbuka menyusul motor yang melaju kencang. Aline curiga.
“Halo TemanKu…!”
“Halo Aline. Apa yang bisa saya bantu?”
“Bisa tolong aktifkan kamera helm saya?”
“Bisa Aline. Kamera sudah aktif.”
“Terima kasih. Tolong rekam mulai dari sekarang.”
“Siap, Aline. Kamera sudah on.”
“Terima kasih, TemanKu”
“Kembali Aline.”