Aline terus membuntuti motor itu dari jarak aman. Beberapa saat kemudian, motor itu tampak mendekati pengendara motor lain yang tengah melaju di depan mereka. Lalu mereka naik ke jalan layang, mengikuti motor di depannya yang tiba-tiba juga naik ke jalan layang. Penumpang motor yang duduk di jok belakang tampak memberikan aba-aba kepada pengemudi mobil bak terbuka, agar maju mendahului. Di atas jalan layang itu, motor kedua pria itu memepet motor di sampingnya dan dengan kedua kaki kiri mereka menendang motor itu hingga terpelanting.
Aline yang baru naik ke jalan layang, terkejut melihat aksi di hadapannya itu. Tapi ia tak bisa berbuat apa-apa, kecuali terus merekam apa yang tengah terjadi. Dan, ketika dilihatnya penunggang motor yang paling depan itu terpental, ke luar dari jalan layang, Aline pun mengerem motornya. Ia menaikkan roda depannya ke atas trotoar kecil di bahu jalan layang itu.
Aline lalu berlari ke tepi jalan layang. Ia masih sempat melihat penunggang motor itu jatuh ke atap sebuah mobil sedan yang tengah melaju di bawahnya. Dari sosoknya, Aline bisa memastikan bahwa pengendara motor itu adalah seorang perempuan. Perempuan itu pun terpental ke jalan. Namun, setiba di jalan aspal, perempuan itu dengan sigap menghindari mobil yang nyaris menabraknya, dan kemudian melompati motor yang hampir menyenggol punggungnya, sebelum tubuhnya kemudian terlempar dan bergulingan di rumputan trotoar pinggir jalan.
Aline mengalihkan pandangannya ke motor dan mobil yang mendadak berhenti itu. Dilihatnya ada dua orang turun dari mobil. Lalu dua penunggang motor itu langsung menembak ke arah perempuan yang terguling. Aline segera bersembunyi di balik tanaman hias di tepi jalan layang. Sesaat kemudian, kedua pria penembak yang mengenakan helm itu menarik motor yang terkapar di kolong mobil. Dalam sekali ayunan, mereka mengangkat dan melemparkan motor itu ke atas bak terbuka. Lalu pengendara mobil dan motor itu pergi meninggalkan lokasi seolah tidak terjadi apa-apa. Aline pun kemudian membuntuti mobil dan motor itu. Ia memacu motornya dengan tetap menjaga jarak aman.
Di sebuah perempatan, Aline melihat pengendara motor berbelok ke kiri, sementara mobil bak terbuka itu berbelok ke kanan. Aline bingung mau mengikuti yang mana. Akhirnya, ia memutuskan untuk mengikuti mobil itu.
“Tolong matikan kameranya, TemanKu,” kata Aline kemudian.
“Baik, Aline. Kamera sudah off. Apa yang bisa saya bantu?”
“Belum ada jawaban dari JS?”
“Sebentar, Aline. Ada panggilan telepon masuk,” kata TemanKu.
Layar helmnya menyala. Tampak notifikasi panggilan telepon anonim. Aline menjawabnya.
“Halo, saya Aline, dengan siapa ini?”
“Saya tunggu di Jl. Ambon IV/4 Blok CA…!” kata suara si penelepon yang langsung memutuskan sambungan.
“Halo…! Halo…! Sialan…!” kata Aline kesal.
“Tidak boleh berbicara kasar, Aline!” kata TemanKu.
“Oh, iya, maaf TemanKu…!” kata Aline sambil mengingat-ingat sesuatu.
“Permohonan maaf diterima. Apa yang bisa saya bantu?”
“Bisa tolong lacak dari mana datangnya panggilan telepon itu?”
“Maaf, waktunya terlalu singkat. Saya tidak bisa melacak. Tapi sinyalnya dari arah Jakarta Utara.”
“Baik. Tolong diputar ulang panggilan telepon tadi.”