SKENARIO: Langkah Pertama Nulis Skenario

Skenario

Oleh HARRY TJAHJONO

Sebelum nulis skenario serial sinetron Si Doel Anak Sekolahan, tahun 1995, di RCTI, saya sudah pernah nulis skenario film layar lebar, antara lain Mawar Cinta Berduri Duka. Karena serial Si Doel disukai penonton, saya sering dianggap jago nulis skenario. Hehehe. Lalu banyak pesanan nulis skenario. Banyak yang tanya-tanya bagaimana sih cara nulis skenario yang bagus? Di mana sekolah nulis skenario? Dan lain sebagainya.

Saya tidak pernah belajar formal nulis skenario di sekolahan. Saya penulis novel yang beruntung karena ketika novel saya dimuat majalah Gadis, 1978, Selamat Tinggal Duka (judul STD hadiah dari Mbak Belinda Gunawan, redaktur Gadis) difilmkan Soekarno M Noor dan dibintangi Rano Karno dan Yessy Gusman, saya mulai kenal dengan Syumanjaya, penulis skenario STD.

Lantaran juga menjalani profesi wartawan, saya bisa lebih mudah ketemuan dan tanya banyak hal pada orang-orang film. Sejak STD difilmkan saya makin lumayan sering bertemu orang film, utamanya sutradara dan penulis skenario, misalnya Syumanjaya, Imam Tantowi, Arifin C Noor, Arswendo Atmowiloto, Ismail Soebardjo, Frans Toto dan lainnya. Saya kembali beruntung karena boleh tanya-tanya apa itu skenario, bagaimana cara menulisnya, buku apa saja yang harus saya baca, dikasih skenario yang pernah mereka bikin dan lain sebagainya. Di artikel skenario ini, saya ingin berbagi keberuntungan yang dulu sangat berpengaruh terhadap kebisaan saya nulis skenario. Mudah-mudahan lumayan bermanfaat.

.Tapi, apa sih sebenarnya skenario itu?

Menurut kamus Inggris, scenario adalah naskah cerita film. Sedangkan menurut H. Misbach Yusa Biran, sutradara dan penulis skenario yang juga dikenal sebagai tokoh perfilman nasional, “Skenario adalah naskah yang disiapkan sebagai sebuah ‘blue-print’ dari pembuatan film. Sebuah petunjuk teknis memindahkan sebuah cerita untuk disampaikan melalui media film.”

Jadi, skenario adalah sebuah naskah cerita berikut petunjuk teknis membuatnya jadi film?

Ya. Kira-kira begitulah. Oleh karena itu, meskipun berupa naskah cerita, skenario tidak sama dengan novel, cerpen atau drama. Kalau novel atau cerpen bertutur secara sastra, skenario bercerita dengan menggunakan bahasa gambar dan suara (audio-visual).  Kalau jumlah halaman novel bisa disesuaikan dengan panjang karangan sehingga memungkinkan pengarangnya nyeritain apa saja, skenario film atau sinetron dibatasi jam tayang atau durasi sehingga si penulis dituntut untuk menceritakan hal yang penting-penting saja.

Selain itu, lantaran berfungsi sebagai petunjuk teknis, tentu saja penulis skenario harus menguasai—sedikitnya mengetahui dan mengerti istilah-istilah teknis membuat film.

Misalnya istilah…, kameraaa…, eksyen!

He he. Itu sih ucapan sutradara kalau nyuruh pemain mulai berakting. Bukan istilah teknis yang lazim ditulis di skenario. Tapi, soal istilah teknis itu baru akan kita bicarakan setelah pembicaraan tentang fungsi skenario selesai.

Kalau close-up?

Iya. Dalam skenario, close-up biasa disingkat CU.

Slow-motion juga iya kan?

Iya.

Dalam skenario biasanya disingkat apa?

Mbuh!

Disingkat mbuh?

Mbuh itu bahasa Jawa. Artinya nggak tau.

Bahasa Jawa? Kok? Jangan bikin bingung, dong!

Makanya itu…, supaya nggak bingung jangan sok ngomongin soal istilah teknis dulu. Kalau masih ngotot ngomongin soal itu, mendingan sama orang lain saja.  Dan KKN skenario distop sekian, habis perkara.

Duuh…, gitu aja marah…. Lanjut gak?

Lanjut, dong! Tadi sampai di mana ya?

Sampai pada pentingnya memahami bahwa skenario disiapkan sebagai ‘blue-print’ suatu produksi film. Sebagai  petunjuk teknis memvisualkan suatu cerita melalui media film atau sinetron.

Petunjuk teknis kepada siapa?

Ya kepada semua yang terlibat dalam proses produksi film atau sinetron  itu. Ya sutradara, artis, kameraman, lightingman, penata artistik…, pokoknya semua yang terlibat dalam proses produksi.

Nah, soal apa siapa mereka yang terlibat tersebut, juga baru akan kita bicarakan nanti saja. Supaya nggak bingung. Supaya konsentrasi kita bisa terfokus pada masalah skenario sebagai petunjuk teknis memvisualkan cerita melalui media film atau sinetron. Oke?

Yo’i coii…

Nah gitu, dong…. Secara teknis, skenario terbagi dalam dua kategori petunjuk.

Kategori pertama (KP) adalah petunjuk teknis untuk repetisi atau pengadeganan (the reherseal script), antara lain mengenai lokasi cerita (setting), waktu kejadian cerita (pagi/siang/malam), kondisi cuaca, panduan  akting untuk pemain, dialog, instruksi audio, informasi judul dan titling lainnya. 

Kategori kedua (KK) adalah petunjuk teknis untuk kamera (the camera script), antara lain nomor shot, sudut pandang, pergerakan dan seterusnya.

Trus…, udah gitu gimana?

Baca artikel skenario berikutnya. Gampang, kan?*

Avatar photo

About Harry Tjahjono

Jurnalis, Novelis, Pencipta Lagu, Penghayat Humor, Penulis Skenario Serial Si Doel Anak Sekolahan, Penerima Piala Maya dan Piala Citra 2020 untuk Lagu Harta Berharga sebagai Theme Song Film Keluarga Cemara