Skotlandia Kini Dipimpin Perdana Menteri Muslim

Hunza Yousaf PM Skotlandia


Terpilih sebagai perdana menteri baru, Humza Yousaf adalah warga kulit berwarna pertama dan muslim pertama yang jadi Perdana Menteri Skotlandia. Humza menggantikan Nicola Sturgeon dan berjanji hidupkan kembali upaya kemerdekaan Skotlandia. Apa tantangannya?

HUMZA YOUSAF telah mendobrak tirai pembatas terbesar di Skotlandia. Pria berusia 37 tahun itu menjadi warga kulit berwarna pertama dan muslim pertama yang menduduki jabatan puncak di pemerintahan Skotlandia.

“Kakek-nenek saya melakukan perjalanan dari Punjab ke Skotlandia lebih dari 60 tahun yang lalu. Sebagai imigran di negara ini, yang nyaris tidak bisa berbahasa Inggris, mereka tidak bisa membayangkan dalam mimpi terliar sekalipun bahwa cucu mereka suatu hari akan menjadi perdana menteri,” kata Yousaf dalam pidatonya pada hari Senin (27/03) setelah mengamankan suara mayoritas untuk menggantikan Nicola Sturgeon sebagai pemimpin Partai Nasional Skotlandia (SNP).

Politisi perempuan Inggris bernama Zara Mohammed mengatakan terpilihnya Yousaf adalah “kesempatan penting, tidak hanya bagi Skotlandia, tetapi bagi muslim di seluruh Inggris.” Zara sendiri juga adalah seorang muslimah pendobrak. Ia menjadi orang Skotlandia pertama, perempuan pertama dan orang termuda yang pernah mengepalai Dewan Muslim Inggris.

Kemenangan Yousaf, putra keturunan Imigran Pakistan di Skotlandia, merupakan kirimkan “pesan lantang”, sebagaimana diucapkan Zara Mohammed, “(Kemenangan) ini mengirimkan pesan yang lantang mengenai politik kita, tentang siapa yang bisa menjadi perdana menteri dan siapa yang bisa memimpin bangsa,” ujar Zara kepada Deutsche Welle (DW).

“Kita sangat terbiasa dengan adanya stereotip dan berita utama bernada negatif, utamanya seputar muslim.”
Pada tahun 2016, Yousaf menarik perhatian dunia saat dia mengucapkan sumpah parlemen dalam bahasa Urdu sambil mengenakan kilt, pakaian tradisional Skotlandia.

Zara Mohammed menjadi orang Skotlandia pertama, perempuan pertama dan orang termuda yang pernah mengepalai Dewan Muslim Inggris.

Dengan terpilihnya Humza Yousaf, ini berarti pemerintahan di Skotlandia, Inggris secara keseluruhan, dan negara tetangganya yakni Irlandia, kini semuanya dipimpin oleh laki-laki keturunan Asia. Belum lama ini Rishi Sunak , berdarah India dilantik menjadi Perdana Menteri Inggris.

Zara Mohammed mengatakan bahwa dalam konteks Inggris, mereka yang telah bermigrasi beberapa dekade lalu dan melawan rasisme dan diskriminasi, harus diberi ucapan terima kasih. “Ini bukti kerja keras dan ketekunan mereka untuk tidak menyerah,” kata Zara. “Butuh beberapa generasi untuk sampai ke titik ini dan tekad yang besar untuk bisa mewujudkannya.”

Yousaf telah menjabat sebagai anggota Parlemen Skotlandia sejak 2011 dan pernah menghadapi kritik di masa lalu. Sebelum menjadi perdana menteri, dia pernah menjabat sebagai Menteri Kesehatan Skotlandia saat lembaga National Health Service itu tengah dalam krisis. Skotlandia telah lama memiliki tingkat kematian akibat narkoba tertinggi di Eropa dan harapan hidup paling rendah di Eropa Barat.

Oleh beberapa orang, Yousaf dituduh rawan menimbulkan blunder. Selama kampanyenya, Yousaf pernah bertanya “Mana kaum laki-lakinya?” kepada sekelompok perempuan pengungsi dari Ukraina yang terpisah dari suami mereka akibat perang.

Dosen politik Paul Anderson mengatakan Humza Yousaf akan punya banyak tantangan setelah kemenangannya. “Dia harus mencoba dan menyatukan partainya, yang tampaknya telah terpecah dan tercabik-cabik selama kampanye ini,” menurut Anderson.

Anderson juga berpendapat bahwa pemimpin baru ini mengisi jabatan tokoh sebelumnya yang sulit tergantikan. Nicola Sturgeon sebelumnya telah menjabat sebagai Perdana Menteri Skotlandia selama delapan tahun sebelum mengundurkan diri secara mengejutkan pada bulan lalu.

“Apa pun pendapat Anda tentang dia (Sturgeon), dia adalah orator ulung,” kata Anderson kepada DW. “Dia pembicara publik yang sangat baik, populer bahkan di wilayah lain di Kerajaan Inggris. Jadi, gaya kepemimpinan seperti itu menurut saya sangat penting dan ini yang akan hilang dalam politik Skotlandia dan SNP.”

Sejumlah pihak berpendapat bahwa pengunduran diri Sturgeon dapat memundurkan gerakan kemerdekaan Skotlandia. Sejak tahun 1990-an, pemerintah Skotlandia di Edinburgh punya kekuasaan untuk mengambil keputusan di berbagai bidang, termasuk pendidikan dan kesehatan.

Perdebatan tentang apakah Skotlandia merdeka secara politik dari Inggris, Wales, dan Irlandia Utara pernah mencapai puncaknya pada tahun 2014. Saat itu, warga Skotlandia punya kesempatan memilih dalam referendum untuk memerdekakan diri. Namun 55% memilih untuk tetap di bersatu dengan Kerajaan Inggris. Yousaf telah berjanji untuk kembali .

Namun tetap saja tidak ada jalur hukum yang jelas menuju kemerdekaan Skotlandia dan sekitar setengah dari populasi Skotlandia ingin tetap bergabung dengan Kerajaan Inggris. Mahkamah Agung Inggris baru-baru ini memutuskan Skotlandia tidak bisa mengadakan referendum baru tanpa adanya persetujuan dari pemerintah di London.. – DW/DE

SEIDE

About Admin SEIDE

Seide.id adalah web portal media yang menampilkan karya para jurnalis, kolumnis dan penulis senior. Redaksi Seide.id tunduk pada UU No. 40 / 1999 tentang Pers dan Kode Etik Jurnalistik (KEJ). Opini yang tersaji di Seide.id merupakan tanggung jawab masing masing penulis.