Soal Kelangkaan Invermectin, Ditunggu Tindakan Pemerintah!

Seide.id – Invermectin, obat cacing yang baru saja diramaikan sebagai obat yang ampuh untuk melawan covid, mendadak sulit diperoleh di pasaran. Kalau pun ada, harganya melonjak drastis. Dari semula harganya Rp.5000 – Rp.7.000 / tablet, langsung melambung jadi Rp. 44.000 / kaplet. 1 Kaplet berisi 10 butir.

Nama invermectin mendadak ngetop sebagai obat yang ampuh, sejak Menteri BUMN menyatakan obat tersebut ampuh melawan covid-19, dan mantan Menteri KKP Susi Pudjiastuti baru-baru ini mengunggah video berisi testimoni, yang menjelaskan beberapa orang karyawannya sembuh dari dampak yang diakibatkan covid-19, setelah seminggu diberi invermectin.

Jika dua orang top itu sudah bicara tentang khasiat sebuah obat, karuan saja masyarakat yang sedang galau dan dicekam ketakutan, seperti menemukan jalan ke luar dari situasi sulit yang dihadapinya.

Kepanikan masyarakat itu rupanya diperhatikan oleh para spekulan yang jeli untuk menimbun barang. Invermectin yang semula mudah didapat dengan harga murah, mendadak mahal, bahkan sulit dicari barangnya. Pelakunya, siapa lagi kalau bukan spekulan yang selalu ingin memperkaya diri dengan memanfaatkan kesusahan orang.

Tidak hanya invermectin, Susu Beruang (Bear Brand) yang kabarnya juga berkhasiat untuk kesehatan, termasuk kesehatan paru-paru yang kerap jadi sasaran covid-19, mulai langka di pasaran. Setidaknya begitu menurut berita yang beredar.

Spekulan merupakan sosok yang selalu ada dalam rantai perekonomian di Indonesia. Sosok misterius ini — kadang terang-terangan — sudah masuk ke berbagai sektor. Mulai dari sembako, obat-obatan, saham, jual / beli tanah dan lain sebagainya.

Ketika hantu bernama spekulan ini masuk ke sektor yang vital bagi masyarakat, misalnya sembako pada saat menjelang Hari Raya, atau obat-obatan di saat rakyat sedang membutuhkan di tengah pandemi saat ini, maka makin sengsaralah masyarakat. Sudah rakyat susah karena perekonomian terpuruk, harga obat yang murah tiba-tiba melambung bak balon gas.

Maka sangat beralasan jika  Menko Maritim dan Investasi (Menko Marves) Luhut B. Pandjaitan mengancam akan memidanakan hantu bernama spekulan itu. Luhut bahkan sudah meminta agar Bareskrim tidak ragu-ragu untuk bertindak.

Ketegasan Menko Marvest dalam hal ini patut diapresiasi. Begitulah hendaknya pejabat negara, bukan memanfaatkan situasi untuk kepentingan pribadi atau kelompoknya, seperti yang terjadi dalam kasus korupsi bansos di Kemensos.

Penulis ingat ketika di awal Orde Baru, sejumlah pedagang di Pasar Lama Depok, direndam oleh aparat di Kali Bongkok, karena mempermainkan harga pada saat rakyat sedang susah.

Saat ini jaman lebih canggih. Pihak kepolisian atau inteljen tentu bisa menelusuri siapa saja yang menggunting dalam lipatan di masa pandemi ini. Aparat perlu bertindak, mencokok pelakunya dan dihukum dengan menggunakan Hukum Darurat, sebagai efek jera dan peringatan bagi siapa saja yang coba-coba berspekulasi memainkan harga di saat rakyat sedang susah.

Langkah ini juga bisa diterapkan di luar masa pandemi, seperti menjelang Hari-hari Raya. Itulah, antara lain, perlunya pemerintah bagi rakyat. (hw)

ADVERTISEMENT

Avatar photo

About Herman Wijaya

Wartawan, Penulis, Fotografer, Videografer