Seide.id 20/97/2021
Oleh HERYUS SAPUTRO SAMHUDI
“Nyak-Tua, Nkong, Ncang, Ncing, Nyak, Babe, Mpok, Abang, Ade-ade sekalian…beginilah akhirnya. Haji Kusnadi, Ketua DKM (Dewan Kemakmuran Masjid) kita udah ambil putusan bijak. Pagi, 10 Dzulhijjah 1442 Hijriyah, kita padaan solat Idul Qurban di rummah masing-masing aja. Harap maklum. Ini dikarenakan Si Covid masih gentayangan di deket kita…!” kata Mak Wejang. Suaranya adem, menyusup hati.
Ya…! Tidak seperti tahun kemarin, dimana dengan prokes 3M yang ketat dan terukur, kami warga sekampung masih bisa memanfaatkan gang-gang di dekat masjid buat menggelar sajadah beralas koran bekas, dan solat Idul Qurban berlangsung khusu dan tertib; pagi di tahun ini segenap warga patuh pada anjuran ulama dan umara di kampung, solat berjamaah di rumah, demi menghindari meningkatnya wabah.
“Tapi masjid kita tetep buka, Bang…!” kata Mak Wejang lagi. “Tetep terbuka, khususnya buat para pengurus masjid dan panitia Idul Qurban yang udah lama dibentuk, buat ngurusin banyak soal menyangkit Idul Adha. Kan emang begitu harusnya, ya, Bang…! Paling nggak buat atur kapan sebaiknya hewan-hewan qurban titipan umat kudu disembelih, direncah dan dibagi-bagikan kepada mereka yang punya hak menerima…”
Saya dengar Mak Wejang terus bicara, dan kemudian menyelinap masuk rumah. Pastilah dia ikut menyiapkan…di ruang mana sajadah mesti digelar buat solat berjamaah, dan saya…melangkah ke Masjid kampung. Gabung dengan para pengurus DKM dan Panitia Idul Qurban, jadi makmum solat berjamaah. Masjid yang kosong, sendal-sendal yang berjajar, kotak amal menunggu sepi, dan seorang jamaah perempuan di pelataran…
Allahu akbar wa lilla ilham…!
20/07/2021