Seide.id – Solidaritas itu baik, amat baik. Jika kita melakukan hal-hal baik dan berkenan bagi Allah. Tapi jadi salah kaprah, jika solidaritas itu dilakukan berjamaah untuk hal-hal jelek dan jahat.
Rasa solidaritas itu mudah sekali dijumpai dan ditemukan di kantor, pasar, pelabuhan, atau lingkungan sekitar kita.
Solidaritas, jika didasari semangat peduli, gotong royong, dan berbagi pada sesama itu menggerakkan sendi-sendi kehidupan yang luar biasa.
Sebaliknya, solidaritas dilakukan secara berjamaah untuk hal buruk, misalnya korupsi. Dampaknya sangat luar biasa. Tidak sebatas memiskinkan, menyesengsarakan, tapi, juga membuat banyak orang menderita.
Sekali lagi, solidaritas alias setia kawan itu baik, jika disikapi dengan bijak dan bertanggung jawab.
Faktanya, tidak sedikit di antara kita yang berjiwa solidaritas itu sekadar ikut-ikutan, sungkan pada atasan, takut ancaman, dan seterusnya.
Tidak heran, ketika di Kemenkeu tercium aroma korupsi kasus FAT yang terus menggurita, lalu PTATK melaporkan transaksi janggal dan fantastis sebesar Rp 300T. Korupsi yang dilakukan secara berjamaah.
Begitu pula saat terjadi tragedi pembunuhan BY di rumah dinas FS.
Kenapa kita sering kehilangan nyali saat diancam dan mau disakiti, kehilangan pekerjaan, jabatan, atau sumber rezeki?
Kenapa kita tidak berani menolak dan berkata tidak, jika berada di pihak yang benar?
Cobalah bertanya pada diri sendiri, di dalam keheningan hati.
Sesungguhnya rasa setia kawan itu dahsyat, jika didasari semangat kejujuran dan kebenaran. Sehingga kita tidak mengingkari hati nurani.
Jangan berani, karena salah sebab kita didukung dan dilindungi oleh kekuasaan. Tapi takutlah pada Allah, karena kebenaran itu milik-Nya.
Meski berat dan sulit, tetap setia di jalan Allah.
…
Mas Redjo / Red-Joss