Ia tengah mensurvei para buruh pabrik dupa di sebuah daerah kumuh perkotaan di India barat pada tahun 2006 tatkala ia menyadari bahwa mereka bosan dengan pertanyaan tentang upah. Jadi, saat istirahat, ia mulai mengobrol dengan mereka, bertanya kepada mereka tentang jagoan Bollywood favorit mereka.
“Mereka jauh lebih tertarik untuk berbicara tentang kesenangan mereka dan kesenangan mereka adalah Shah Rukh Khan.”
Ini menjadi pencair ketegangan dalam survei berikutnya dan segera Bhattacharya menemukan bahwa para perempuan ini disatukan tidak hanya oleh Khan tetapi juga “pasar tenaga kerja yang tidak setara dan kesulitan mereka sendiri di rumah”.
Dan itu tidak berubah bahkan ketika ia berbicara dengan perempuan kelas menengah atau kaya.
Mengapa tidak bisa lebih banyak laki-laki menjadi seperti Shah Rukh di film-film? Adalah keluhan umum.
“Mereka mengonstruksi Shah Rukh Khan – mereka semua membayangkannya berdasarkan realitas dan aspirasi mereka,” kata Bhattacharya.
Pengabdian Khan kepada tokoh perempuan menandakan seorang pria yang memberi perhatian nyata, yang benar-benar mendengarkan seorang perempuan.
Kecemasan akan nasib, sifat yang dimiliki oleh banyak peran yang ia mainkan, menjadikannya pasangan ideal bagi para perempuan, yang jarang memegang kendali atas hidup mereka sendiri.
Kerapuhannya yang tampak jelas – Khan selalu menangis, hal yang jarang dilakukan jagoan pria Bollywood – berarti ia tidak pernah malu untuk menunjukkan perasaannya atau peduli dengan perasaan perempuan.
“Saya berharap seseorang dapat berbicara dengan saya atau menyentuh saya seperti yang Shah Rukh lakukan dengan Kajol di Kabhi Khushi Kabhie Gham, tetapi itu tidak akan pernah terjadi. Sifat suami saya sangat keras dan kasar,” kata seorang perempuan muda Muslim yang bekerja sebagai buruh di pabrik kain.
Seorang putri bangsawan yang kaya namun tidak bahagia berkata ia ingin membesarkan putra-putranya untuk menjadi “laki-laki yang baik”.
Definisinya: mereka “bisa menangis dan mereka membuat istri mereka merasa seperti Shah Rukh membuat kita merasa, aman dan dicintai”.
Selanjutnya, Mereka bukan sekadar fangirl