Seide id – Jujur, saya katakan sejujur-jujurnya, ketika Doi minta kepastian sewaktu saya bermaksud melamarnya.
“Apa yang bakal Mas berikan untuk membahagiakan Doi?”
“Mas mau jadi suami yang luar biasa agar Doi tidak kecewa,” kata saya percaya diri.
“Oh ya?!”
“Ya, kalau pribadi yang biasa itu banyak. Tapi yang luar biasa itu bisa dihitung jari. Salah satunya, ya, Mas ini.”
Doi tersenyum puas.
Bagi saya, janji itu harga mati agar apa pun pekerjaannya itu harus dilakukan dengan sepenuh hati, dan totalitas. Teristimewa demi Doi dan masa depan keluarga tercinta.
Saya harus berubah, perbaiki diri, dan hidup makin lebih baik lagi.
Langkah pertama dan yang utama adalah saya mengubah kebiasaan yang kurang baik. Dari yang semula banyak bicara, saya berubah jadi banyak mendengar. Bicara dengan siapa pun saya jadi lebih hati-hati, dan menahan diri agar tidak mudah tersulut emosi, tapi agar saya jadi pribadi yang makin sabar dan rendah hati.
Lebih daripada itu, dari semula hobi nongkrong, waktunya saya alihkan untuk bekerja makin giat lagi. Waktu adalah uang dan sangat berharga agar saya tidak membuang waktu secara percuma dan sia-sia.
Yang mencolok dari perubahan sikap saya adalah saya tidak bisa membantah permintaan Doi.
“Mas, tolong dedek nangis, gantiin popoknya ya, ini Doi lagi masak.”
Dengan senang hati saya menurut, dan melakukan permintaan Doi. Meski saya tengah bekerja di rumah, pekerjaan itu segera saya tinggalkan. Bahkan sekali pun baru pulang kantor dan capai, saya melakukan semua itu tanpa rasa terpaksa atau mengeluh, tapi dengan senang hati.
Lebih dahsyat lagi, kehadiran anak dalam keluarga ternyata mampu membuat rasa capai dalam bekerja itu langsung sirna. Tangis, senyum, atau celoteh lucu anak membuat saya bahagia.
Jadi jangan kaget, jika predikat suami teladan bakal saya sandang. Karena dunia saya hanya kantor dan rumah. Bahkan, pekerjaan rumah tangga pun saya lakukan tanpa beban, tapi dengan sukacita. Semua itu demi kebahagiaan keluarga tercinta.
(Mas Redjo)
