Oleh HARRY TJAHJONO
Merokok itu katanya tidak baik untuk kesehatan. Karena bisa menimbulkan kanker, sesak napas, bahkan impotensi. Tapi protes Doni tentang kebiasaan merokok Doni bukan lantaran kejantanan suaminya jadi loyo. Bukan pula bersebab masalah kesehatan.
Akan halnya Doni, seperti halnya para perokok, punya jawaban logis untuk membela kebiasaannya merokok–utamanya kretek.
Pertama, Doni paham sejarah bahwa rokok kretek itu produk asli budaya Indonesia, ciptaan Haji Djamhari, yang di masa lalu digunakan untuk ngobatin batuk. Kretek itu beda dengan rokok yang tidak pakai cengkeh, produk asing yang di masa silam diimpor oleh Kompeni. Juga beda dengan rokok yang dibumbui mentol, yang asapnya semriwing tapi konon bisa mempengaruhi hormones kejantanan.
Pendek kata, Doni selalu ada argumen untuk membela kretek, seperti halnya orang juga bisa menyodorkan banyak penelitian tentang bahaya merokok. Terserah apa kata orang. Bagi Doni, selama benar salahnya masih bisa diperdebatkan, kebiasaan merokok tidak layak ditinggalkan.
Sedangkan bagi Dona, abu rokoklah yang tidak baik untuk ketenteraman. Sebab, meskipun Doni sudah patuh untuk tidak merokok di dalam rumah, di teras pun Doni tidak bisa merokok dengan tertib dan apalagi tenteram. Itulah sebabnya belum lagi Doni habis mengisap sebatang, Dona sudah nongol.
“Kalo ngrokok itu abunya jangan dibuang sembarangan. Capek nyapu tau!” kata Dona, lalu menyapu beberapa butir abu rokok di sekitar kursi yang Doni duduki.
Doni terganggu, risih, tapi diam saja. Setelah Dona pergi, abu rokok tak sengaja berjatuhan lagi. Dua menit kemudian iDona datang sambil bawa sapu dan ngomel.
“Kalau terus ngotorin lantai jangan merokok! Berhenti saja ngrokoknya! Kalau nggak mau stop merokok, abunya buang abunya di sini nih,” kata Dona sambil meletakkan asbak di lantai.
Doni mulai jengkel. Tapi membela rokok kretek harus panjang sabar. Walaupun begitu, Doni merasa sudah saatnya balas menyerang.
“Asbaknya jangan ditarok situ, banyak kucing,” kata Doni mengingatkan.
“Memangnya kucing doyan abu rokok?!” sergah Dona sewot.
“Kalau dimakan kucing jangan salahin saya lho ya,” kata Doni.
“Enggak! Dimakan kucing malah bersih, nggak capek nyapu. Pokoknya abunya buang di sini,” kata Dona nunjuk asbak di lantai.
Doni pun patuh. Toh beberapa kali Dona nongol dan puas lihat Doni tertib buang abu di asbak. Tapi, setelah asbak terisi puntung dan abu rokok, pelan Doni tengkurepin di lantai trus buru-buru masuk kamar mandi.
Tak lama terdengar istri heboh, “Ini gimana, sih?! Asbaknya kok tengkurep?!”
“Waktu saya tinggal enggak kok. Pasti ditengkurepin kucing. Jangan salahin saya lho ya,” teriak Doni dari kamar mandi.
Anehnya tidak terdengar omelan. Berarti sukses. Doni senang. Dalam teknik nulis skenario, peringatan tentang kucing sebelum asbak tengkurep itu disebut planting information. Supaya logis dan masuk akal aja.*
*Catatan: Suaminologis adalah “ranting disiplin ilmu bermetodologi humor” (hehehe) tentang kehidupan berumahtangga, yang menelaah sebab akibat kenapa suami-no-logis alias suami “bocor alus”. Selebihnya you now lah.