(Catatan Sehabis Nonton)
Sekalipun aku suka mengikuti pertandingan bulutangkis dari zaman Rudy Hartono sampai Susi Susanti, aku baru tahu ada istilah “Love All” yang artinya 0-0. Untung gak langsung kuedit judul film Susi Susanti Love All jadi Susi Susanti LoveS All. 🙃
Sehubungan dengan Love All itu ada adegan manis: Ketika Alan Budikusumah agak kendor bertanding di All England, Susi mengangkat poster yang bertuliskan istilah bulutangkis itu dengan sedikit tambahan, menjadi LOVE ALLAN. Duh…
Memang di sekujur biopic ini ada banyak sisipan adegan dan dialog yang manis-manis mengharukan, sehingga selamatlah ia dari menjadi sekedar “kerangka prestasi” seorang pahlawan bulutangkis, yang ironisnya sulit mengurus kewarganegaraan Indonesia-nya.
Tentang WNI ini, ada adegan yang mengisahkan saat, ketika di Indonesia terjadi kerusuhan 1998 dan tim Indonesia sedang berada di Hong Kong menjelang pertandingan. Kabar tentang hal itu merebak, bahkan mereka sendiri sebagai penyandang nama Indonesia baru saja diamuk massa Hong Kong. Terjadi keruntuhan mental di antara para atlet “keturunan” yang masih dianggap WNA, pikiran akan mencari suaka pun melintas. Tapi Susi tetap mantap. Ia menyemangati tim, ia bertanding, berjuang, dan menang.
Lalu di sinilah tiba harunya. Katanya menjawab wawancara yang menanyakan, “Do you consider yourself as Indonesian?” Susi menjawab, “I don’t consider… (penonton tegang)…
“I AM Indonesian.”Â
Sepulang dari bioskop, aku jatuh kagum lagi pada profesi penulis skenario film.