Pada 20 tahun yang lalu Taliban mengebom hancur situs sejarah AfganistanBuddhas of Bamiyan
Oleh ICAD M IRSYAAD
Seide.id – Peninggalan kuno di Afghanistan, kini terancam hancur. UNESCO, kini tengah mendesak Taliban untuk menjaga situs peninggalan kuno di Afghanistan. Mengingat peristiwa 20 tahun yang lalu, ketika dua patung buddha raksasa di Afghanistan dihancurkan oleh Taliban.
Buddhas of Bamiyan dua patung monumental Buddha Vairocana dan Buddha Gautama. Dua patung tersebut didirikan sekitar abad ke-6 maseh, dipahat di sisi tebing lembah Bamiyan, Afghanistan tengah. Akan tetapi, kini kedua patung tersebut telah hancur.
Pada bulan Maret 2001, dua patung raksasa Buddhas of Bamiyan di Afghanistan diledakkan oleh Taliban. Tindakan penghancuran situs kuno tersebut diperintahkan langsung oleh pemimpin Taliban pada masa itu, Mullah Muhammed Omar. Peristiwa tersebut terjadi setelah pemerintahan Taliban mendeklarasikan, bahwa merekalah sosok yang pantas untuk diidolakan.
Setelah hancurnya situs tersebut, pemerintah Afghanistan dan komunitas international, termasuk United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO), telah bekerja keras untuk menjaga peninggalan kuno lainnya di Afghanistan. Berbagai upaya telah dilakukan UNESCO untuk merekonstruksi patung Buddha tersebut. Akan tetapi hingga kini belum ada keputusan pasti akan pembangunan kembali situs kuno tersebut.
Belum selesainya permasalahan terkait rekonstruksi patung Buddhas of Bamiyan, kini situs kuno di Afghanistan kembali terancam.
Pada tanggal 15 Agustus 2021, Taliban merebut kekuasaan dari tangan pemerintah Afghanistan sebelumnya. Kini negara Afghanistan resmi berada di bawah pemerintahan Taliban. Berkuasanya Taliban membuat UNESCO khawatir dengan penjagaan situs kuno di Afghanistan, seperti The Minaret of Jam yang termasuk dalam kategori warisan dunia yang sedang dalam bahaya. The Minaret of Jam adalah sebuah menara masjid yang terletak di wilayah barat Afghanistan. Menara tersebut dibangun pada tahun 1194, oleh Sultan Ghiyath al-Din Muhammad (1163-1203).
Masih berdirinya peninggalan-peninggalan kuno di Afghanistan, membuat UNESCO turun tangan dalam krisis di negara tersebut. Bahkan UNESCO, mendesak pemerintah Taliban yang berkuasa sekarang untuk melakukan semua,”Tindak pencegahan yang dibutuhkan untuk merawat dan menjaga warisan kebudayaan di Afghanistan, yakni dari tindak pencurian dan perusakan.”
UNESCO juga mendesak Taliban untuk melindungi para seniman dan ahli kebudayaan di Afghanistan.
Minggu lalu, Sekretaris Kebudayaan Inggris, Oliver Dowden memberi dukungan kepada UNESCO terkait masalah keamanan situs peninggalan kuno di Afghanistan. Dalam sebuah cuitan di akun Twitter miliknya, Dowden mengatakan, bahwa Inggris dapat bekerja sama dengan UNESCO untuk memimpin usaha international dalam menjaga peninggalan kuno di Afghanistan.
“Kita setuju, bahwa setiap rezim baru yang berkuasa harus menghormati komitmen yang sudah ada untuk merawat dan menjaga peninggalan kuno, serta seluruh keberagaman budaya Afghanistan,” kata Dowden.
Mohammad Fahim Rahimi, seorang direktur Museum Nasional Afghanistan di Kabul mengatakandalam wawancaranya dengan New York Times, bahwa Pemerintah Taliban berjanji untuk melindungi tempat tersebut. Tentara Taliban juga sudah berjaga di depan museum untuk mencegah pencurian.
Namun Rahimi mengatakan, bahwa “Kita masih cemas akan keselamatan para staf dan koleksi yang ada di sini.” Pernyataan terakhir yang diumumkan di beranda akun Facebook museum tersebut, bahwa para staf dan barang-barang koleksi berada dalam kondisi yang aman.
Minggu lalu, seorang kurator museum tersebut mengatakan kepada The Art Newspaper bahwa museum Kabul memiliki “Rencana bencana yang terorganisasi dengan baik.”
Di tengah kekhawatiran hancurnya situs sejarah, korban manusia terus berjatuhan di Afghanistan. Berdasarkan laporan yang diberikan oleh North Atlantic Treaty Organization (NATO), terhitung sejak seminggu terakhir, sekitar 20 orang telah tewas di dekat bandara Kabul dalam upaya melarikan diri dari Afghanistan, yang kini tengah berada di bawah kekuasaan Taliban. Selain itu, beberapa negara juga sedang membantu dan menampung para pengungsi dari Afghanistan.*
*Icad M Irsyaad, mahasiswa FIB Universitas Indonesia