Seide.id -Taliban Selasa 7/8/2021 kemarin akhirnya mengumumkan susunan Kabinet Pemerintahan yang mereka sebut negara Emirat Islam Afganistan. Posisi pejabatnya diisi oleh para orang tua, old school, tak ada wajah anak muda. Juga tak ada satupun wajah wanita. Semua pria.
Daftar Hitam PBB
Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid dalam konferensi pers kemarin menyebut Mullah Mohammad Hasan Akhund sebagai Perdana Menteri dengan Abdul Ghani Baradar menjadi wakilnya.
Akhund dahulu adalah pembantu dekat pendiri Taliban, Mohammad Omar, yang kepalanya dihargai Amerika sebesar 25 juta dollar.
PBB sendiri memasukkan nama Akhund dalam daftar hitam karena aksi-aksinya di masa lalu.
Selain dua nama di atas, ini antara lain daftar kebinetnya:
Mullah Rahmatullah Najib, wakil Direktur Kemanan Nasional.
Sirajuddin Haqqani, menteri Dalam Negeri.
Khalil Ur Rehman Haqqani, menteri Urusan Pengungsi.
Mawlawi Amir Khan Mutaqi, menteri Luar Negeri.
Mullah Hedayatullah Badri, menteri Keuangan.
Mullah Mohammad Yaqoob, menteri Pertahanan.
Mawlawi Taj Mir Jawad, wakil kepala intelijen.
Sheikh Mawlwai Noorullah Munir, menteri Pendidikan.
Juru bicara Zabihullah Mujahid memang menyebutkan susunan pejabat kabinet ini hanya sementara. Masih dibutuhkan perubahan.
Namun melihat nama yang dipasang, Juru Bicara Kementrian Luar Negeri AS, mengatakan, “kami prihatin pada nama-nama yang ada, terkait rekam jejaknya di masa lalu. Kami menilai Taliban pada tindakannya bukan kata-katanya” katanya.
Sirajuddin Haqqani, menteri Dalam Negeri, dicari FBI untuk dimintai keterangan tentang bom di sebuah hotel di tahun 2008, yang menewaskan beberapa warga Amerika.
Kepalanya berharga 5 juta dollar, dan Haqqani diduga terlibat dalam jaringan yang disebut ‘Jaringan Haqqani’, yang berafiliasi ke kelompok garis keras Al-Qaeda/ ISIS.
Mullah Mohammad Yaqoob, menteri Pertahanannya, adalah anak pendiri Taliban, Mohammad Omar yang kepalanya pernah dihargai hingga 25 juta dollar.
Demonstrasi
Di ibukota Kabul kemarin digelar demonstrasi oleh ratusan orang, terutama wanita, mereka nekad turun ke jalan menuntut kesetaraan hak pria-wanita di dalam pemerintahan, kebebasan bersuara dan demokrasi. Hal yang agaknya sulit dikabulkan di era negara yang memberlakukan paham syariah ketat saat ini.
Pasukan keamanan Taliban membubarkan aksi tersebut dengan melepas tembakan ke udara.
Soal kebebasan media dan aksi protes itu, juru bicara Mujahid mengatakan orang-orang tidak boleh memprotes karena negara “baru keluar dari krisis.” (gun)