Taliban Mengancam Nasib Zohra Orkestra Perempuan Pertama di Afghanistan

ORKESTRA

Orkestra Zohra saat tampil di Sydney Opera House, Australia, tahun 2019

Oleh ICAD N.G.

Seide.id – Orkestra perempuan pertama di Afghanistan menemui ketidakpastian nasib sejak Taliban berkuasa di Afghanistan. Orkestra perempuan bernama Zohra tersebut lahir dari Afghanistan National Institute of Music (ANIM). Namun kini di bawah kepemimpinan Taliban, sekolah musik ANIM belum dibuka karena khawatir akan terkena sanksi atau hukuman.

“Semua kekhawatiran kita berdasarkan pada kebijakan Taliban di masa lalu, terkait musik tahun 1996-2001. Pada saat itu alat-alat musik dihancurkan di jalanan dan musisi tidak diizinkan bermain. Orang-orang tidak diizinkan bermain musik, mendengarkan musik, dan musisi dilarang mencari penghasilan dari musik. Semua memori itu masih tergambar jelas dalam komunitas-komunitas (di Afghanistan) dan ANIM,” kata penemu sekaligus direktur ANIM, Dr. Ahmad Sarmast yang kini berada di Australia.

Bahkan pada saat okupasi Amerika Serikat di Afghanistan, Dr. Ahmad Sarmast pernah menjadi target Taliban karena mempromosikan musik. Pada tahun 2014, serangan bom bunuh diri Taliban mengenai Dr. Ahmad Sarmast dan membuat pendengaran di salah satu telinganya hilang. Taliban memberi pernyataan dan menuduh Dr. Ahmad Sarmast telah merusak anak-anak.

Orkestra Zohra saat tampil di Tonhalle Zurich, Switzerland, 2017

Sekolah Musik Pertama di Afghanistan

“Saat ini, baik  Afghanistan National Institution of Music dan Orkestra Zohra sedang tidak berfungsi. Saya belum menerima konfirmasi dari Afghanistan, terkait izin untuk membuka sekolah musik kembali, serta jaminan keselamatan bagi kami, bila kegiatan musik berjalan lagi. Jadi, saat ini fakultas ANIM dan anggota dari Orkestra Zohra sedang berada di rumahnya masing-masing atau bersembunyi di suatu tempat,” kata Dr. Ahmad Sarmast.

Orkestra Zohra, lahir dari sebuah sekolah musik pertama di Afghanistan. Afghanistan National Institution of Music

didirikan oleh Dr. Ahmad Sarmast pada tahun 2008 — diresmikan tahun 2010. Sekolah musik tersebut berfokus untuk menaung anak-anak yatim piatu dan perempuan di Afghanistan untuk bermain musik. Kemudian pada tahun 2015, terbentuklah Orkestra Zohra.

Zohra Orchestra adalah orkestra  perempuan pertama di Afghanistan. Nama ‘Zohra’, diambil dari literatur Persia yang memiliki arti dewi musik. Orkestra Zohra mementaskan musik tradisional Afghanistan, juga musik klasik Barat.

Orkestra tersebut telah mendapat banyak penghargaan seperti Queen Soraya Award dan Freemuse Award pada tahun 2017, serta Montluc Resistance Liberte Award pada tahun 2018. Orkestra Zohra juga telah melakukan tur ke beberapa negara di dunia sejak tahun 2017, seperti mengadakan pentas di Inggris dan Australia pada tahun 2019.

Dr. Ahmad Sarmast, pendiri sekaligus Direktur ANIM

Berharap Rezim Taliban Tidak Melarang Musik

Berbagai prestasi yang didapat oleh Orkestra Zohra, serta pendidikan di ANIM, telah memberi harapan besar bagi anak-anak di Afghanistan yang suka bermain musik. 

Seorang pemain selo asal Australia, Monique Clare, pernah mengajar di ANIM pada tahun 2016. Ia ingat bahwa sekolah tersebut terlihat seperti ‘oasis’.

“Mengajar di ANIM sangat berbeda dibandingkan dengan di Brisbane, karena setiap siswa di sana (ANIM), memiliki keinginan yang sangat besar untuk belajar. Dari banyak aspek, mereka begitu sadar dengan kesempatan emas yang mereka miliki, terutama bagi perempuan yang lebih tua. Dan mereka semua memiliki harapan yang besar,” kata Monique Clare.

Dr. Ahmad Sarmast, melihat potensi besar yang dimiliki siswa-siswanya di ANIM sekaligus Orkestra Zohra. Kini, ia memilih untuk melihat ke depan dan berharap bahwa rezim Taliban sekarang tidak akan melarang musik lagi.

“Kita ingin meminta bantuan dari komunitas international, agar Taliban tetap memiliki akuntibilitas, sehingga tidak ada pergerakan yang membatasi musik dan pendidikannya. Musik terus memudar di Afghanistan, sehingga kita perlu mengawasi hal yang sedang terjadi, dan bertindak bersama-sama dalam mengatasi masalah ini.”*

*Icad N.G., mahasiswa FIB Universitas Indonesia

SEIDE

About Admin SEIDE

Seide.id adalah web portal media yang menampilkan karya para jurnalis, kolumnis dan penulis senior. Redaksi Seide.id tunduk pada UU No. 40 / 1999 tentang Pers dan Kode Etik Jurnalistik (KEJ). Opini yang tersaji di Seide.id merupakan tanggung jawab masing masing penulis.