Seidei.id -Taliban tembak seorang ibu yang sedang menggendong bayinya, usai perempuan itu ikut berdemo di Kabul, ibu kota Afghanistan.
Menurut NZ yang melansir The Guardian Australia pada (13/9/2021), korban bernama Fatwa, tewas ditembak dua hari setelah demo, pada Jumat (10/9/2021)
Sebelumya, Fatwa (30), ikut berdemo menuntut hak perempuan yang lebih baik -meski Taliban mengancam akan memberi tindakan keras.
Pada news.com.au, Rohullah Hossaini, saudara laki-laki korban, merinci kejadiannya
Saat itu Fatwa sedang ada di dalam rumah. Tiba-tiba di luar terdengar teriakan seseorang minta tolong. Suaminya minta ia tetap di dalam rumah, tapi Fatwa berlari ke luar.
Ia lari sambil menggendong bayinya , usia 6 bulan, diikuti putera balitanya, usia 3 tahun.
Fatwa kemudian ditembak mati di jalan, disaksikan langsung oleh anak balitanya.
Suaminya segera menutupi tubuh Fatwa dan mengatakan pada balitanya bahwa ibunya sedang tidur.
Putera sulungnya, 6 tahun, tahu apa yang terjadi. Tapi anak balitanya terus bertanya pada ayahnya, “Kapan ibu bangun?”
Sedang bayi yang ada dalam pelukan Fatwa yang telah tewas, di bawa ke rumah sakit (13/9)
“Bayinya menangis tanpa henti. Dia di rumah sakit karena tidak banyak makan. Badannya gemetar terus. Anda bisa bayangkan bagaimana rasanya ketika bayi mendengar pistol menembak begitu dekat dengan Anda, ” tutur Hossaini.
Sementara, sejak pembunuhan itu, suaminya schok, dan tidak bisa memberikan foto.
“Dia terus menerus membenturkan kepalanya ke dinding, “ujar Hossaini.
Bukan Waktunya
Hoassaini berusaha menenangkan saudara-saudaranya yang berusia 20 tahunan, yang putus asa dan marah
“Kami tidak tahu siapa yang menembaknya. Tapi mereka sangat marah. Mereka berlarian, mencoba memulai perkelahian dan mencari tahu siapa yang melakukannya ..tapi sekarang bukan waktunya untuk membalas dendam, “ujarnya.
Hossaini juga tidak tahu, apakah saudarinya tertembak karena dirinya.
“Kami tidak tahu apakah dia tertembak karena diriku, sebab saya advokat pengungsi untuk diri sendiri, keluarga dan negara saya,” katanya.
Dikisahkan Hossaini, ia tinggal di Australia sejak 2012, setelah melarikan diri dari Afghanistan dengan perahu dan tiba di Australia sebagai pengungsi.
Selama 10 tahun terakhir, ia berjuang untuk membawa seluruh keluarganya – ibu, saudara kandung, dan istri serta anaknya sendiri – ke Australia.
Mendatangi Taliban
Beber Hossaini, ia tidak tahu apakah Fatwa ditembak karena berdemo.
Tapi ketika saudarinya ditembak, keluarganya mendatangi Taliban dan menunjukkan jasadnya pada mereka, dan menanyakan, ‘apa yang terjadi?’
“Taliban bilang, ‘oh ya, seseorang menembaknya’ dan bertanya ‘apakah dia ikut demo di jalan utama itu?
Keluarga berkata, “Semua orang melakukannya.” Taliban lalu mengatakan, “Kalau begitu jangan melakukannya lagi,” ungkapnya.
Setelah mendengar dari keluarganya, menurut Hossaini yang berprofesi sebagai advokad, ia tidak akan diam.
“Kami tidak tahu siapa yang membunuhnya. Tapi saya akan mencari tahu siapa yang melakukannya dan mengapa?” kata Hossaini (ricke senduk)
Taliban Larang Perempuan ke Sekolah Hanya Murid Laki yang Boleh Belajar