Youth Camp 2024 merupakan salah satu upaya yang dilakukan Kemitraan untuk menanamkan kepedulian generasi muda atas perubahan iklim.
Seide.id – Dampak perubahan iklim sudah sangat terasa, terutama bagi penduduk di daerah Pantai Utara Jawa seperti Kota Pekalongan, Kabupaten Pekalongan, Kota Semarang, Kota Tegal, Kabupaten Demak, dan Kabupaten Batang. Wilayah pesisir di enam daerah tersebut sering terendam banjir rob lantaran naiknya permukaan air laut.
Dengan dukungan Adaptation Fund, bekerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) serta Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, Kemitraan mengadakan Youth Camp 2024 di Bandungan, Kabupaten Semarang pada 9-11 Agustus.
Youth Camp 2024 merupakan salah satu upaya yang dilakukan Kemitraan untuk menanamkan kepedulian generasi muda atas perubahan iklim.
Generasi muda merupakan ujung tombak dalam menghadapi perubahan iklim. Sebab, masa depan pembangunan berketahanan iklim ada di tangan mereka. Nantinya, anak-anak muda pula yang menjadi penentu kebijakan pro iklim.
Lewat Youth Camp 2024, anak-anak muda dari keenam daerah itu diajak untuk memahami perubahan iklim yang sedianya menjadi permasalahan mereka sehari-hari. Caranya, mereka diajak memahaminya lewat simulasi permainan serta pertunjukan seni dan budaya.
Dengan demikian, topik berat seperti perubahan iklim bisa dipahami dengan mudah dan menjadi obrolan sehari-hari mereka. Sebab sejatinya perubahan iklim juga berpengaruh pada kehidupan sehari-hari seperti terganggunya stok pangan akibat musim tanam yang kacau. Begitu pula banjir rob yang sangat mengganggu aktivitas sehari-hari mereka seperti kuliah atau bekerja.
Direktur Operasional Kemitraan Saiful Doeana mengatakan Youth Camp sudah diselenggarakan sejak 2022 hingga 2024 di setiap tahunnya. Ini merupakan bagian dari pogram Adaptation Fund di Kota Pekalongan yang salah satu tujuannya melibatkan anak muda dalam upaya adaptasi perubahan iklim.
“Kegiatan ini kami lakukan dengan memperluas jaringan peserta agar dapat menjadi wadah peningkatan kesadaran kaum muda-mudi terhadap penanganan perubahan iklim, khususnya terkait aksi adaptasi yang dapat dilakukan oleh kita semua,” ujar Saiful.
“Kami sangat senang dan menghargai antusiasme teman-teman dalam mengikuti kegiatan ini, di mana terdapat kurang lebih 100 orang pemuda-pemudi dari tiga kota dan tiga kabupaten yang hadir,” lanjut dia.
Hal senada disampaikan Kepala Bidang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Konservasi Sumber Daya Alam Pemerintah Provinsi Jawa Tengah Soegiharto. Ia mengatakan pengendalian perubahan iklim pada intinya bertujuan mengurangi dampak ekologi. Selain itu juga menguatkan ketahanan ekonomi dan sosial masyarakat melalui penciptaan mata pencaharian alternatif. Kedua hal itu sangat membutuhkan peran generasi muda.
“Generasi muda diharapkan dapat memberikan sumbangsih bagi masyarakat, dengan aktif dalam menciptakan inovasi seperti pengolahan plastik, penggunaan teknologi digital dalam early warning system kebencanaan dan informasi iklim, dan lain-lain,” ucap Soegiharto.
Program Adaptation Fund di Kota Pekalongan telah berlangsung sejak 2021. Dalam perjalanannya, Kemitraan bersama Pemkot Pekalongan telah melakukan sejumlah upaya dalam mengatasi perubahan iklim seperti penanaman mangrove untuk mengurangi risiko peningkatan permukaan air laut. (*/dms)