Seide.id – Seperti yang sudah diketahui masyarakat, Tari Gambyong secara garis besar merupakan tari yang berasal dari Surakarta dan biasanya ditampilkan dalam rangka menyambut tamu.
Tari Gambyong sendiri bukanlah satu jenis tari tunggal, melainkan tari yang memiliki beberapa varian koreografi. Dari varian-varian koreografinya, yang paling dikenal masyarakat adalah Tari Gambyong Pareanom dan Tari Gambyong Pangkur.
Karakteristik dari Tari Gambyong, sebelum dimulai biasanya diiringi dengan Gendhing Pangkur.
Bukti sejarah yang berkaitan dengan penciptaan Tari Gambyong antara lain adalah Serat Centhini.
Serat Centhini merupakan karya sastra yang ditulis pada masa kepemimpinan Pakubuwono IV (1788 – 1820) dan Pakubuwono V (1820 – 1823). Serat Centhini menyebut Gambyong sebagai tarian ledek.
Perkembangan Tari Gambyong dari tarian rakyat hingga menjadi tarian istana tidak lepas dari kiprah seorang penata tari bernama K.R.M.T Wreksadiningrat. Ia menggarap tari tersebut agar layak untuk tampil dalam pementasan di kalangan bangsawan.
Teknik koreografi Tari Gambyong
Tari Gambyong secara garis besar terdiri dari tiga bagian, yakni awal, isi, dan akhir. Dalam istilah tari Jawa gaya Surakarta, itu disebut maju beksan, beksan, dan mundur beksan.
Pusat dari keseluruhan gerak pada tari ini terletak pada gerak kaki, lengan, tubuh, dan kepala. Kekhasan Tari Gambyong terletak pada gerakan kepala dan tangan. Pandangan mata yang mengikuti gerak tangan merupakan hal yang dominan pada tarian ini.