Cerpen: Tarik Ulur Cinta Agar Bersemi

Marahan atau ngambekan dalam pacaran itu biasa. Sekali dua tidak masalah. Kalau keseringan jadi lucu dan kekanak-kanakan. Jurus tarik ulur apalagi yang harus saya terapkan agar Doi tidak ngambekan, dan cinta tetap bersemi?

Jujur, mikirin sikap Doi, saya terkadang jadi capai sendiri. Lebih baik, pacaran itu segera disudahi. Tapi, maaf, itu bukan berarti saya tidak cinta atau sayang lagi.

Coba rasakan dan alami sendiri, jika posisimu seperti saya.

Tidak sebatas jengkel dan uring-uringan, karena kepergian atau gerak gerik saya selalu dipantau sepanjang hari oleh Doi. Tiada waktu tanpa dering telepon yang riang menyanyi berulang kali.

“Udah putusin aja, bubaran, ada DB calon pengganti,” gurau FU.

“Ah, malas! Pacaran sama MR ga ada seninya, monoton. Ibarat telaga yang ga beriak,” ledek DB sambil tertawa renyah.

“Puas-puasin ya, ntar saya turunin di jalan,” saya lalu menginjak rem. Sehingga mobil berhenti.

Ger-geran. Begitulah, jika saya pergi bersama teman-teman dekat. Ledek-ledekan, tapi saling mengerti dan memahami satu dengan yang lain.

Berbeda dengan Doi. Barangkali rasa takut kehilangan Doi yang berlebihan itu membuat ia mudah tersulut api cemburu.

Doi sebenarnya tidak anak tunggal. Ia mempunyai kakak perempuan. Tapi kecelakaan mobil memisahkan Doi dari keluarganya. Kedua orangtua dan kakaknya meninggal dunia. Doi lalu dibesarkan oleh Tantenya.

Intinya Doi takut kehilangan lagi.

Banyak cara saya gunakan agar Doi tidak selalu mengontrol saya, tapi mempercayainya sepenuh hati.

“Coba lihat, sepasang kekasih yang berteriak marah itu, berarti hati mereka saling berjauhan. Mereka berteriak agar suaranya didengar. Kalau mereka saling mengasihi, cukup memandang, berbisik, dan berkata lembut itu jauh lebih mesra dan asyik.”

Saking sayang sama Doi, saya juga pernah mematikan hp, mengganti nomornya, atau sepanjang hari tidak menghubunginya. Ee, ternyata Doi menghubungi Ibu saya. Lalu, Ibu dikirimin asinan Bogor.

Doi memang pandai mengambil hati keluarga saya. Dan keluarga saya juga sangat menyayangi Doi.

Kejutan-kejutan yang dilakukan Doi juga bervariasi. Bahkan terkadang ia datang mendadak ke rumah, dan itu membuat saya tidak berkutik menghadapi doi.

Saya berdoa dan berharap agar suatu saat nanti Doi makin mengerti, pahami saya, dan tidak cemburuan lagi.

Puji Tuhan, setelah Doi resmi jadi istri saya, Doi berhasil mengentaskan anak-anak untuk mandiri.

Foto : Arek Socha/pixabay

Cerpen: Kalau Lupa Cobalah Diingat, Kalau Ingat Jangan Dilupakan

Avatar photo

About Mas Redjo

Penulis, Kuli Motivasi, Pelayan Semua Orang, Pebisnis, tinggal di Tangerang