Tawa

Seide.id – Apa yang membuat manusia tertawa? Jawaban berbau ilmiahnya sih: karena ada simpul-simpul atau syaraf-syaraf tawa yang tersentuh. Syaraf itu memberi signal kepada otak, lalu otak ‘memerintahkan’ kepada otot-otot di wajah dan sekitar mulut untuk tertawa.

Kadar dan jenis tertawa, bermacam-macam. Ada yang sekadar tersenyum, tertawa, tertawa lepas, tertawa terbahak-bahak, bahkan ada jenis tertawa yang sampai mengeluarkan airmata dan sulit sekali berhenti. Tertawa terus-menerus dan sulit berhenti itu, biasanya jika syaraf orang yg tertawa itu teringat lagi dengan hal yang mengakibatkan dia tertawa.

Bagi sebagian wanita, tertawa terbahak-bahak dan tak terputus, bukan cuma bisa mengakibatkan keluar airmata, tapi bahkan (ma’af).. terpipis-pipis.

Kabar gembiranya, konon meski nampaknya otot wajah ‘banyak bekerja’, tapi ketika tertawa, otot wajah yang ‘bekerja’ jauh lebih sedikit daripada ‘kerja’ otot wajah yang selalu bersungut-sungut. Ditambah lagi, otot di sekitar wajah ‘bekerja dgn iklas dan gembira’.
Maka konon, orang yang banyak tertawa lebih nampak awet muda daripada yang selalu bersungut-sungut.

Dedy Mizwar, salah-seorang sineas kita yang berbakat, memiliki talenta kuat dalam menyentuh syaraf-syaraf tawa kita, dalam karya-karyanya. Bakatnya lengkap. Dia aktor handal, sutradara dan produser. Film-filmnya mengundang tawa, baik sebagai pemeran (“Kejarlah daku, kau kutangkap”) bukanlah film komedi slap-stick (komedi toyor-toyoran kepala dan orang jatuh terguling-guling dengan maksud mengundang tawa). Muapun sebagai sutradara (“Naga Bonar jadi dua”).

“Kejarlah daku kau kutangkap” adalah film ‘komedi situasi’ dengan skenario kuat dan cerdas yang dibuat oleh Asrul Sani. Film itu adalah film Indonesia yang bisa membuat aku ‘rela’ menontonnya berkali-kali.

Dalam film komedi itu ada dialog yang ‘sangat serius’. Ketika Dedy Mizwar ‘dikuliahi’ oleh teman kost-nya (Ikranegara) karena blingsatan dan senewen karena ulah kekasihnya (Lidya Kandou).

Dialog cerdas itu kurang-lebih begini: “Kau tau, bahwa ada ungkapan ‘wanita itu mahluk yg lemah?”
“Yaa, taulaaah”
“Kau tau, siapa yg menciptakan?” “Laki-laki”
“Salah!”
“???”
“”Sesungguhnya kaum lemah itu adalah laki-laki. Ungkapan itu justru diciptakan oleh wanita. Supaya laki-laki bisa menunjukkan dan merasa seolah-olah laki-laki adalah fihak yang kuat. Nah, sekarang kau menyadari betapa sesungguhnya justru kaum wanitalah yang bijaksana, kuat dan cerdas bukan?!”

Aku tak sempat menoton film “Alangkah lucunya negri ini”, yang juga disutradarai oleh Dedy Mizwar. Ini film satire. Bahwa negri ini boro-boro bisa mensejahterakan rakyatnya, bahkan tak sanggup untuk sekadar menyediakan kebutuhan paling dasar bagi warganya, meski sarjana.

Dikisahkan seorang sarjana, tak kunjung mendapatkan pekerjaan setelah melamar kerja ke mana-mana. Sang sarjana berkenalan dgn seorang pencopet. Semakin akrab, sang sarjana pengangguran, dikenalkan ‘dengan organisasi pencopet’. Mengelola ‘manajemen’ organisasi. Bahkan mengajari para pencopet tentang kewarganegaraan, budi pekerti bahkan agama. Supaya para pencopet beralih menekuni profesi yang lebih baik. Ini adalah komedi satire nan cantik. Film itu konon meraih 3 kategori penghargaan.

Ketika Dedy Mizwar menjadi politisi dan menjadi petinggi negri (wakil gubernur Jawa Barat), ingatkah dia kepada karyanya yang lucu itu?

Suatu ketika, tempat kursus bahasa asing mengadakan ujian. Ujiannya dinamakan ‘mendengar dan bereaksi’. Diputarlah sebuah rekaman cerita. Para peserta kursus, mendengarkan dengan serius. Sampai akhir pemutaran cerita, wajah para peserta kursus, serius. Akhirnya tak ada seorang pun yang lulus. Karena ternyata yang diputar itu adalah cerita lucu.

Hla,…jangankan bahasa, budaya dan idiom berbeda. Di antara teman satu kelompok saja, jika ada yang melontarkan anekdot, tak semua tertawa. Ada saja 1-2 orang yang tak tertawa, bahkan bertanya: “Lucunya di mana?” Tanpa disadari oleh penanya, pertanyaan itu pun mengundang tawa.

Jadi ingat beberapa bulan lalu, saat Ramadhan. Pergantian kekuasaan masih jauh, masih 2 tahun lagi, atau bagi para politisi, ..bolehjadi sudah sangat dekat. Sebab sudah banyak politisi yang blingsatan, gdubrakan, bermanuver ke sana-ke mari. Mumpung bulan Ramadhan dipakailah istilah yang sangat akrab dan agamis di tengah-tengah masyarakat yang sangat relijius ini, yaitu: Safari Ramadhan.

Bahkan ada ulama yang mengatakan kepada masyarakat bahwa politisi yang menyambangi padepokannya itu, masih keturunan inilah, masih trah anu, atau titisan inu…

Kata dasarnya memang tawa. Tapi banyak orang yang,…bukannya tak mengerti, hanya…mungkin tak peka dgn perbedaan antara: tertawa, menertawakan, ditertawakan, mengundang tawa, tertawa bersama dan jadi bahan tertawaan.

“Eh, dulu ada tuh penyanyi cilik. Sekarang umurnya, kira-kira,…yaa paslaah kalok mau nyapres. Nhaaa,…kalok dia asli tuuh, anak titisan,…sueeerrr!”
“Asli? Anak Titisan? Titisan siapa?”
Titi Sandora“…

(Aries Tanjung)

Kampanye, Promosi, Reklame, Iklan, Dan Lain-Lain