Seide.id – Apa sih TDS? TDS atau Testosteron Deficiency Syndrome merupakan istilah medis untuk rendahnya atau kurangnya kadar hormon testosteron dalam tubuh pria.
Tak jauh berbeda dengan perempuan ketika memasuki menopause, laki-laki juga dapat kehilangan gairah seksual. Penyebabnya? Salah satunya adalah TDS.
Akibat kekurangan hormon testosteron, keperkasaan pria pun terancam.
Yang bersangkutan jadi sulit ereksi. Bahkan, ereksi normal yang lazim muncul pada pagi hari pun tak lagi membangunkan yang bersangkutan.
Dampaknya tidak itu saja, mengingat hormon testosteron memegang peran amat penting bagi pria.
Jika kadar hormon tersebut rendah, kinerja sel-sel di seluruh tubuhnya akan ikut terganggu.
Jika sel otak yang terdampak, penderita jadi cepat lupa dan sulit berkonsentrasi. Sedangkan jika sel-sel tulang yang terganggu, siap-siap saja ia menderita osteoporosis pada usia muda.
Faktor penyebab
Normalnya, kadar hormon testosteron dalam darah adalah 12 nmol/l hingga 40 nmol/l. Namun, pada sebagian pria, kadar hormon kelelakiannya di bawah angka tersebut alias tidak mencukupi.
Lho kok bisa?
Ada beberapa faktor yang menjadi penyebabnya.
Pertama, faktor bawaan. Proses pembentukan hormonnya sejak dalam kandungan memang sudah terganggu.
Kedua, akibat penyakit. Diabetes mellitus, salah satunya. Ketidakmampuan tubuh memproses gula, membuat gula yang menumpuk merusak pembuluh darah dan saraf. Pembentukan hormon testosteron pun ikut terganggu.
Penyebab TDS berikutnya, gaya hidup tak sehat. Sasarannya, para lelaki dengan kebiasaan merokok, minum minuman beralkohol, atau ketergantungan pada narkoba, tak pernah berolahraga, kepungan polusi, dan manajemen stres yang lemah.
Namun, penyebab terbanyak hilangnya “keperkasaan” pria adalah faktor usia, yakni andropause.
Mirip dengan menopause pada perempuan, pada umur 40 tahun ke atas lelaki akan mengalami penurunan kadar hormon testosteron secara bertahap.
Pada awal usia 40, pria akan mengalami penurunan kadar testosteron dalam darah sekitar 1,2 persen per tahun. Pada umur 70, penurunan kadar hormon ini bisa mencapai 70 persen.
Terapi hormon
Nah, agar jauh dari “hantu” yang merusak keperkasaan, terapkan gaya hidup sehat dalam keseharian.
Jika memang mengalami disfungsi ereksi, ada baiknya segera berkonsultasi dengan androlog (dokter yang menempuh pendidikan spesialisasi andrologi).
Melalui serangkaian pemeriksaan, termasuk pemeriksaan laboratorium darah, akan diketahui apakah sebuah gangguan seksual disebabkan oleh TDS atau bukan.
Bila diagnosis mengarah ke TDS, dokter akan memberikan pengobatan berupa terapi sulih hormon.
Bentuknya bermacam-macam, ada yang berupa tablet, ada juga dalan bentuk injeksi.
Dengan pengobatan yang teratur, diharapkan kadar testosteron dalam tubuh bisa kembali ke kisaran normal.
Yang pasti, jangan terkecoh oleh iklan bombastis yang menawarkan “obat kuat”. Mau minum seberapa banyak pun, obat kuat tak mampu mengatasi disfungsi ereksi akibat TDS. (Puspayanti, kontributor)