Seide.id …In the morning when I rise/ Bring the tears of joy to my eyes/ And tell me, everything is gonna be all right…(“Danny’s Song” – Kenny Loggins).
Aku dulu bekerja sebagai ilustrator. Kata seorang senior: “Kita tak cukup berani untuk menjadi seniman lukis lepas, makanya kita jadi karyawan”
“Haha,…aku setuju belaka. Aku malah merasa (meminjam istilah Si Doel) sebagai ‘tukang ilustrator, mas”.
Oya, ngomong-ngomong soal ‘tukang ilustrator’, sebelum blanyongan tentang Danny’s Song, izinkan aku cerita sedikit tentang ‘tukang ilustrator’.
Suatu ketika, temanku dan temannya yang sedang mengendarai truk, dihentikan polisi. Terjadilah tanya-jawab dan basa-basi standar. Lalu entah bagaimana awalnya, sang polisi bertanya tentang profesi temanku. Tapi yang menjawab temannya, mungkin bangga atau apa.
“Ooh, dia tukang gambar, pak!” Jreeeng,…pak polisi lalu mengejar. Dalam idiom beberapa daerah di Jawa, (bahkan juga di Jakarta?) ‘tukang gambar’ berkonotasi negatif. Tukang gambar adalah orang yang menggambarkan posisi dan situasi tempat calon sasaran yang akan dirampok. Setelah ‘diluruskan’ barulah polisi itu mengangguk-angguk mempersilakan pergi (tapi tetap dengan ekspresi wajah tak sepenuhnya yakin).
Sebagai ilustrator, ketika deadline, sambil menunggu berita yang sedang ditulis atau bahkan masih dikejar oleh wartawan, biasanya kami nongkrong sambil (ketika aku masih) merokok dan gitaran genjrang-genjreng menyanyikan lagu apa saja, di suatu ruangan yang sepertinya bukan diperuntukkan bagi perokok, tapi kami ‘kondisikan’ jadi ruang rokok.
Jika deadline berbarengan, biasanya ada teman dari unit lain juga nongkrong di situ. Sambil ngobrol, biasanya aku diiringi kang Iman seorang fotografer yang jago main gitar. Bahkan, kami sempat punya band kantoran bernama “Smooking Room” (colek Ade Wahyu).
Lagu Kenny Loggins “Danny’s Song” ini adalah salah-satu lagu yg cukup sering kami nyanyikan, selain lagu-lagu lain tentu.
“Danny’s Song” bercerita tentang kegembiraan yang sangat membuncah dari seseorang yang baru saja mempunyai anak lelaki. “Teman-teman dan orang-orang berkata bahwa aku adalah orang yang sangat beruntung, karena aku sekarang telah memiliki anak lelaki. Ya tentu, kataku. Dan itu baru permulaan. Anakku akan terbang bebas laksana merpati, seperti juga aku dan ibunya. Lalu dia berceloteh bahwa dulu dia adalah pemuda yang cukup kacau. ‘Pencarian’ spiritual dan jatidirinya bahkan sampai jauh ke-spiritual dunia Timur (betha chi?). Kehidupanku sepertinya berubah menjadi sesuatu yang begitu menggairahkan, ‘hidup’ dan orang-orang sekitar seperti tersenyum. Di taman, di jalan-jalan, di mana saja. Bahkan dia memberi nasehat untuk menyayangi pasangan, karena itu akan membawa keberuntungan. Meski kami hidup sederhana, bahkan kadang tak punya cukup uang. Setiap bangun pagi, air mata kebahagian tanpa dapat dibendung menetes begitu saja.
Dan lagu itu pun, tak bisa dibendung, menjadi hit dunia.
Tadinya, aku menduga, Kenny bercerita tentang kegembiraan dirinya sendiri karena memperoleh anak kelaki. Kenny sendiri kalau tak-salah mempunyai 5 anak dari 2 kali pernikahannya. Ternyata lelaki yang bercerita dan ditulis menjadi lirik lagu itu adalah Danny, kakak kelaki Kenny Loggins.
Aku memang cenderung tak merasa perlu mengetahui cerita dari kehidupan pribadi seorang seniman yang kita sukai. Bukan apa-apa, seperti banyak orang, biasanya cerita tentang sisi kehidupan pribadi, seandainya sisi kehidupan pribadinya tak seperti yang ‘kita inginkan’, mau-tak-mau harus diakui, biasanya sedikit-banyak akan mempengaruhi persepsi kita tentang karya sang seniman.
Yang lucu, (awalnya mungkin lucu, tapi lama-lama-bikin mual), hari-hari ini kita sering ‘dipaksa’ melihat wajah dan cerita tentang kehidupan pribadi seseorang yang katanya artis. Tapi aku tak tahu, dia itu artis apa. Penyanyi, pelakon, musisi atau apa? Boro-boro mengetahui karyanya.
Aku ‘mengenal’ Kenny Loggins, baik secara karya, apalagi kehidupan pribadi, ternyata sangat sedikit. Dari pengetahuan ala-kadarnya itu, ‘cuma’ 3-4 lagu saja yang aku kenal sebagai karya fenomenalnya. Itu pun karena menjadi hit dunia. Seperti: Danny’s Song ini, lalu…Back to Pooh corner, yang menjadi lagu tema film anak-anak “Winny the Pooh”. Lagu ini seperti komiknya, juga menjadi hit dunia. Lalu “Foot Lose”. Juga lagu tema film dengan judul sama dan juga menjadi hit dunia. Dan iramanya ‘menpengaruhi’ (hahaha) lagu Indonesia “Hip-hip hura-hura”. Lalu “For the First Time”. Kalau tak-salah juga lagu tema film.
Oya, ketika tahun ’80 dunia musik rekaman, dan dunia kaset-mengaset masih menjadi ‘surga’ bagi pembajak dan kita, aku sempat mempunyai kaset “The Best of Kenny Loggins & Jim Messina”. Merk kasetnya kalau tak salah: Contessa.
(Aries Tanjung)