DI tengah gelombang sajian aneka kopi, kehadiran teh juga mulai terkena dampak inovasi. Tidak sedikit pula pelanggan yang tertarik datang dan memesan ragam produk teh yang tersedia pada menu beberapa kedai . Namun juga ada beberapa kedai di Yogyakarta yang mengkhususkan teh sebagai menu utamanya, seperti Spatialty, Lokalti, dan Kedai Pos Merapi. foto: @infojogya
Oleh MOSES BADAI
GELIAT bangkitnya UMKM di kota Yogyakarta mulai terlihat diawal Januari 2022. Pariwisata Yogyakarta sempat ‘disuntik’ obat tidur akibat penyebaran Virus Covid-19 yang hampir genap selama 2 tahun lamanya. Hal ini rupa-rupanya tidak menghentikan inovasi yang dilakukan para entitas UMKM lokal di kota pelajar ini.
Mulai dari trend minuman thai tea yang sempat berkembang diawal tahun 2016, minuman boba dipertengahan tahun 2018, hingga kopi susu kekinian dipertengahan tahun 2019 menjamur di pinggir jalanan kota Yogyakarta sampai pusat perbelanjaan ternama. Inovasi dilakukan tidak hanya dengan perombakan formula menu, melainkan juga set-up tempat, bentuk fasilitas yang tersedia, hingga penggunaan social media influencer sebagai bentuk strategi marketing yang diusung. Namun hal ini belum menampakkan hasil yang signifikan akibat kebiasaan masyarakat Yogyakarta yang merubah tools transaksi dalam satu jangkauan melalui telepon genggam.
Mengenal salah satu kebiasaan masyarakat Yogyakarta yang masih dipertahankan dalam penyeduhan minuman teh adalah dengan sebutan nasgithél yang merupakan kepanjangan dari panas légi kénthél (arti: panas, manis, kental). Hampir dalam setiap warung makan, antar rumah warga, hingga proses pengambilan gambar pada film layar lebar bernuansa kota Yogyakarta, teh nasgithél kerap disajikan untuk dan dalam berbagai kegiatan sehari-hari masyarakat Yogyakarta.
Tanpa memperlukan campuran apa pun seperti susu maupun boba, teh nasgithél ini sudah memiliki daya tarik tersendiri baik bagi warga lokal maupun pendatang, layaknya para wisatawan yang berkunjung ke kota kembang. Harga yang ditawarkan pun beragam. Apabila datang ke angkringan ataupun warung makan yang menjamur di selasar kota Jogja, mulai dari Rp.2.000 hingga Rp.4.000 segelas teh nasgithél sudah dapat dinikmati dengan ukuran gelas kaca sedang. Harga tentu juga berubah apabila mengunjungi tempat wisata ataupun pusat perbelanjaan. Teh dalam bentuk penyajian yang berbeda juga disajikan oleh entitas UMKM lokal.
Disamping berkembangnya beragam inovasi menu berbahan dasar kopi, rupanya produk teh masih setia menjadi teman pelengkap saja. Walaupun pada beberapa kedai, kehadiran teh juga mulai terkena dampak inovasi. Tidak sedikit pula pelanggan yang tertarik datang dan memesan ragam produk teh yang tersedia pada menu beberapa kedai tersebut. Namun juga ada beberapa kedai di Yogyakarta yang mengkhususkan teh sebagai menu utamanya, seperti Spatialty, Lokalti, dan Kedai Pos Merapi.
Selain beragam pilihan jenis teh dan sajian minuman, harga untuk segelas teh juga jauh lebih terjangkau. Sehingga hal tersebut sangat bisa dipastikan menjadi alternatif selain coffeeshop yang tengah menjamur di Yogyakarta yang memiliki tawaran harga yang cukup mengguncang isi dompet.
Sebagai bentuk perkembangan dalam kompetisi bisnis F&B masa kini, gempuran slogan dan trademark tentang teh masih dirasa kalah kuat dengan rekan abadinya, yaitu kopi. Walau terkait kondisi yang sebenarnya, teh tidak perlu membombardir dengan iklan yang sejenis seperti kopi susu kebanyakan. Cukup mengangkat esensi dari segelas teh ataupun sejarah sudah mampu memikat pelanggan khususnya masyarakat lokal Yogyakarta.
Misalnya yang dilakukan salah satu pemuda asal Pakem, Muhammad Drean Bagus sebagai bagian dari pendiri Kedai Pos Merapi yang menyediakan beragam sajian minuman teh dan jenisnya. Pemuda yang akrab dipanggil Drean ini mengawali sepak terjangnya akibat dukungan dan pendapat kawan-kawannya yang menilik tentang beragam jenis teh yang dimilikinya. Sehingga akhirnya bisa mendirikan kedai teh kecil berlokasi di Kantor Pos Pakem dengan jam buka mulai sore hingga malam hari.
Tidak hanya itu, karena kecintaan Drean akan minuman teh, dia menyelipkan kata “tea” pada nama komunitas yang digeluti bersama teman-temannya dengan nama Literatea. Komunitas yang sekaligus rumah produksi ini sudah memiliki beberapa karya dalam bentuk workshop dan film pendek yang bisa dinikmati melalui platform digital Youtube.
Dengan semangat tak pernah surut dan segudang ide, Drean memboyong Literatea dan seisinya, mengemas beragam karya serta mengenalkan produk minuman teh nasgithél dengan elegan dan penuh warna, sehingga varian teh juga mampu bersaing ditengah sesaknya persaingan bisnis kopi di kota Yogyakarta saat ini.
Yogyakarta, 14 Juni 2022.
*Penulis adalah musisi jazz, pernah mengenyam pendidikan di Fak Sastra Univ. Sanata Dharma, Yogyakarta.