Mengapa saya selalu menulis status di Facebook dengan aroma anekdot, foto selfie yang banyak menampilkan wajah saya, pemandangan alam dll, puisi dan cerita pendek karya saya?
Itu karena saya olah dan gali berdasarkan hukum jurnalistik 5 W dan 1 H.
Status analisis dengan catatan kaki yang serius saya gunakan untuk mencari uang. Cerpen pun demikian, lebih banyak saya kirim ke koran-koran sebab setelah saya cermati, yang suka membaca cerpen-cerpen saya paling hanya 10 orang dan itu pun penggemar yang benar-benar serius mau membacanya.
Jarang para pembaca Facebook yang mau membaca status penuh analisis dan serius, mereka lebih suka menscroll dari atas ke bawah lalu pindah ke status lain meski terkadang itu HOAX.
Nah, berdasarkan rumus 5 W dan 1 H tersebut, saya enggan untuk berkomentar tentang suatu peristiwa yang berkaitan dengan agama, politik, dan tulisan2 dengan nada menurut ini atau menurut itu, jika itu tulisan pendapat yang keabsahannya saya anggap benar, maka akan saya ‘like’ atau komen.
Status mengkritik, saya enggan melakukannya karena hampir seluruh teman saya di Facebook ini kerap bertemu di alam nyata dan komen dengan nada kritikan berdasarkan analisis sepihak enggan saya lakukan sebab saya tidak berada di tempat tersebut, saya hanya membaca berita tentang ini atau itu dari Depok Jawa Barat ya dari Depok…biarkan semua yang terjadi berkembang dalam imajinasi saya yang syukur-syukur bisa menjadi novel, cerpen atau puisi.
Jika Anda berada di tempat kejadian, bolehlah mengulasnya dengan kadar aktualitas yang dapat dipercaya juga benar, sekali lagi ada unsur 5 W 1 H (When, Where, What, Who, Why , How)
Salam…
(Fanny Jonathan Poyk)