Penulis Jlitheng
Bukan hanya hari ini, pada perkuliahan sebelumnya pernah juga mahasiswa meminta izin tidak on-cam.
“Maaf, Pak, izin tidak on-cam sebab sedang pemulihan dari positif Covid, tapi tetep ingin belajar.”
Kesannya bagus sekali. Walau sambil tiduran, ada kerelaan dari anak-anak muda ini untuk “berakit-rakit ke hulu…”. Mau berkorban untuk sebuah cita-cita. Rela tertusuk duri untuk keindahan bunga mawar.
Keteguhan mahasiswa itu mengingatkan saya pada pepatah jawa jer basuki mawa beya.
Jika diurai per kata, arti peribahasa Jawa itu seperti berikut:
Jer artinya memang, benar-benar.
Basuki artinya selamat, berhasil, sukses, mencapai apa yang dicita-citakan.
Mawa artinya membutuhkan.
Beya artinya biaya, dana.
Ringkasnya: jer basuki mawa beya artinya setiap keberhasilan pasti perlu pengorbanan. Pengorbanan adalah harga dari sebuah keberhasilan.
Niat baik yang dibingkai tindakan nyata seperti yg dilakukan sopir angkot dan anak muda yang berpredikat mahasiswa itu yang memiliki nilai atau bobot pendorong sebuah perubahan. Itu melebihi janji yang miskin bukti, yang sering muncul dalam acara-acara sertijab (serah terima jabatan). Bahkan kalau sertijab itu di ranah spiritual.
Bahasa keren, komitmen sopir angkot atau anak muda itu merupakan creating value, accelerating impact.
Bila kita berhenti melihat durinya, kita akan kehilangan bunga mawar dan harumnya. Miskin makna dan tanpa bobot (lack of value and no impact).
Kadang untuk menyentuh mawar yang indah kita harus rela terluka oleh durinya atau paling tidak berhati-hati memegangnya.
Kadang untuk menjadi orang baik kita harus rela menanggung beban bagi diri kita sendiri, apalagi ketika perbuatan baik itu jatuh di tanah yang salah. Kebaikan kita mungkin diperalat, dipermainkan, dan dijadikan sebuah kelemahan yang siap melukai diri sendiri kapan saja.
Lalu ketika kita dituntut untuk terus berbuat baik dalam situasi tanpa empati seperti itu, apa keputusan kita?
Sosok Guru Illahi yang kasat mata akan menepuk bahu kita seperti tepukan-Nya pada sopir angkot dan mahasiswa itu sambil berkata, “Teruslah berbuat baik, anak muda.”
Salam sehat dan jangan jemu berbagi cahaya.