Foto : Annca/Pixabay
“Mengapa sang manusia doyan memamerkan kesalahan sesamanya dan pandai menyembunyikan kesalahannya sendiri.”
Konon, menurut Aesop’s Fables, di kala Yupiter menciptakan sang manusia, dia menitipkan kepada sang manusia dua buah kantong.
Sebuah kantong kesalahan sesamanya dan yang satu untuk kantong kesalahannya sendiri.
Lalu kedua kantong itu dilemparkannya ke bahu sang manusia. Sehingga, yang satu tergantung di depan dan yang satu di belakang.
Yang menarik, justru kantong yang di depan sang manusia itu adalah kantong kesalahan sesamanya dan di belakangnya adalah kantong kesalahannya sendiri.
Kantong kesalahan sesamanya langsung berada di bawah hidungnya. Sementara itu, betapa sulitnya ia melihat kantong kesalahannya sendiri karena berada di belakangnya.
Itu sebabnya, sang manusia sangat mudah melihat kesalahan sesamanya.
Kesalahan sesama malah dimikroskopkan, sedangkan kesalahan sendiri mengecil dan malah tidak dapat dilihat.
Dikisahkan juga, ada sebuah keluarga sekembali dari gereja sangat mengeluh kerena banyak hal yang dianggapnya tidak sempurna.
Sang Ayah mengomeli khotbah yang dianggapnya tidak menarik, sang Ibu mengeluhkan paduan suara yang tidak kompak, sedangkan sang kakak mengejek sang organis.
Tiba-tiba si bungsu angkat bicara, “Wah, jika demikian, gereja kita telah menjadi sebuah neraka bagi keluarga kita.”
“Jika demikian, ayahku, ibuku, serta kakakku, mulai besok hingga kapan pun, aku tak akan pernah lagi berkunjung ke neraka.”
Saudaraku, mungkin, kadang kala, kebencian serta kedengkian dari dalam hati kitalah yang menciptakan neraka di dalam hidup ini.
Mari, kita juga perlu belajar untuk sesekali bersikap berani membalikkan kantong di belakang punggung kita ke depan dan kantong di depan wajah kita untuk diletakkan di belakang!
Malang, 30 Oktober 2022