Seide.id – Pada 2013 Terrence “Astro” Wilson meninggalkan band reggae Inggris yang populer pada 1980-an, UB40.
Sabtu lalu, 6 November 2021, mantan vokalis dan pemain trompet UB40 itu meninggalkan semua yang ada dalam hidupnya. Pria yang lahir di Birmingham, Inggris, pada 24 Juni 1957 itu telah berpulang dalam usia 64 tahun karena sakit.
Pihak UB40 menyampaikan ucapan duka cita melalui akun Twitter mereka pada Sabtu malam.
“Kami benar-benar hancur dan sangat sedih karena harus memberi tahu Anda bahwa Astro kami tercinta hari ini telah meninggal dunia setelah sakit yang sangat singkat,” tulis pihak band yang dibentuk pada 1978 di Birmingham tersebut.
“Dunia tidak akan pernah sama tanpa dia,” tulis pihak yang sama pula.
Anggur merah
Nyanyian Astro, sebagai vokalis UB40, yang pertama mendunia adalah “Red Red Wine”.
Lagu tersebut dirilis dalam album Labour of Love pada 1983. Dalam album itu, UB40 menyajikan lagu-lagu yang sudah dipopulerkan artis-artis musik lain.
“Red Red Wine” aslinya milik Neil Diamond dari AS. Diamond yang mencipta dan membawakannya untuk kali pertama. Nyanyian Diamond itu dirilis pada 1967 dalam album Just for You.
Lagu tersebut bercerita tentang orang yang sedang patah hati dan minum anggur merah sebagai penawar luka cintanya itu.
Album Labour of Love UB40, yang berisi “Red Red Wine”, kemudian jadi nomor satu di tangga album Inggris dan nomor delapan di tangga album Billboard 200.
UB40 pun jadi terkenal bukan di Inggris saja, melainkan juga di AS dan mendunia, tak terkecuali di Indonesia.
UB40 jadi salah satu penampil utama dalam Bali Sunset Music Festival, pada 6-7 Desember 2019 di Nusa Dua, Bali.
Namun, Astro ketika itu sudah bukan personel band tersebut.
Formulir tunjangan pengangguran
Nama UB40 mengacu pada Form 40, formulir untuk para pengangguran mengklaim tunjangan dari Pemerintah Inggris.
Band tersebut dibentuk oleh Ali Campbell dan Brian Travers dengan menunggangi gelombang ketidakpuasan kaum muda di Birmingham terhadap status quo ekonomi dan politik.
Drummer UB40, Jimmy Brown, menceritakan kepada Guardian tahun ini bahwa ketika itu UB40 bahkan berada di bawah pengawasan intelijen Inggris.
“MI5 menyadap telepon kami, mengawasi rumah kami, segala macam,” kata Brown.
“Kami tidak merencanakan revolusi, tetapi jika revolusi terjadi, kami tahu di pihak mana kami akan berada,” kata ia pula. (Ludi Hasibuan/Ati)