The Ling Sing: Pengukir Ulung Sekaligus Mubaligh Tionghoa di Kudus

Seide.id – Bagi masyarakat Kudus, nama Kyai Telingsing (The Ling Sing) sudah sangat akrab, karena dia termasuk salah seorang pendiri kota Kudus.

Menurut H.J. de Graff, umumnya warga Kudus meyakini Kyai Telingsing seorang pedagang sekaligus muballigh Islam dari Cina yang datang ke Jawa bersama Laksamana Cheng Hoo dalam rangka menjalin persahabatan dan menyebarkan agama Islam.

Ketika datang ke Kudus, sekitar awal abad ke-15 M, daerah tersebut diyakini masih kosong dan belum memiliki nama sehingga Kyai Telingsing menyebutnya sebagai Tajug, yaitu suatu nama yang diambil dari tempat solat yang terbuat dari bahan bambu dan atap rumbia.

Selain berdagang dan berdakwah, Kyai Telingsing memiliki keahlian melukis dan mengukir (menyungging), beliau mengembangkan keahliannya tersebut sehingga banyak orang yang belajar mengukir di rumahnya.

Tempat itu semakin berkembang menyerupai suatu perkampungan dan mulai terkenal ke daerah sekitar seperti Demak, Jepara, dan Juwana sebagai tempat perguruan mengukir (meyungging).

Hal tersebut berdampak pada sektor perekonomian kampung tersebut.

Perkampungan tersebut dikenal dengan nama Desa Sunggingan.

Melihat situasi tersebut dan karena Islam belum begitu berkembang di Kudus sehingga mendorong Raden Patah selaku Raja Demak untuk mengirimkan perwakilan ke Kudus dalam rangka menyebarkan ajaran agama Islam.

Berdasarkan hasil musyawarah raja dan anggota walisongo, diputuskan Syekh Ja’far Shodiq dianggap paling tepat untuk melaksanakan dakwah islamiyah ke Sunggingan dan beberapa daerah sekitarnya, mengingat Syekh Ja’far Shodiq dikenal sebagai seorang ulama yang sangat dalam ilmu agamanya (waliyul ‘ilmi), berpandangan

inklusif dan toleran serta jeli dalam melihat kondisi yang ada.

Mendapat tugas demikian, Syekh Ja’far Shodiq dan beberapa santri kepercayaannya berangkat menuju daerah Sunggingan.

Sesampainya ditempat tujuan, Syekh Ja’far Shodiq tidak menuju ke Sunggingan, tetapi mencari daerah lain yang ada di sebelah timur selatan Sunggingan, yaitu daerah Nganguk. Disanalah beliau bersama santrinya mendirikan pedukuhan dan masjid, masjid itu sekarang disebut dengan Masjid Nganguk Wali.

Oleh: Khoirunnis Salamah