The Rolling Stones Kini Tanpa Charlie Watts

Oleh: Denny MR*

Drummer legendaris itu akhirnya menyerah. Charlie Watts mengembuskan napas Selasa (24/8/2021) di sebuah rumah sakit di London.

Kabar kematiannya secara resmi diumumkan oleh Bernard Doherty, juru bicara yang masih memiliki hubungan kerabat dengannya.

Kesedihan Mick Jagger segera terbaca saat mengunggah foto Charlie tengah tertawa lepas, tanpa kata-kata. Seperti diketahui, Charlie berusaha keras untuk sembuh agar dapat bergabung dengan tur The Rolling Stones berjudul ‘No Filter’ yang dimulai dari Hamburg, Jerman 9 September 2021.

Unggahan Mick Jagger di twitter

Namun tim dokter yang merawatnya berhasil menekan keinginan Sang Legenda. Keith Richards sementara itu, mengunggah set drum bertuliskan ‘Closed’. Sangat simbolis.

Set drum Charlie Watts bertuliskan ‘Closed’

Dengan segera ucapan bela sungkawa membanjir dari musisi di berbagai belahan dunia, termasuk dari dua mantan personel The Beatles: Paul Mc Cartney dan Ringo Starr. The Rolling Stones dan The Beatles adalah supergrup yang lahir dalam satu zaman.

Charlie yang sederhana

Sudah bisa dipastikan sangat sulit membayangkan musikalitas The Rolling Stones tanpa keterlibatan Charlie Watts meski raksasa rock and roll itu akan terus menggelinding.

Teknik pukulannya terkesan sederhana, namun begitu natural dan menjadi sebagian nyawa setiap lagu. Ia seorang bapak dan kakek yang sederhana. Kehidupan pribadinya nyaris tak pernah mengemuka, bertolakbelakang dengan duet maut Mick Jagger – Keith Richard.

Perancang grafis

Lahir 2 Juni 1941 di University College Hospital, Bloomsbury, London, Charles Robert Watts melewatkan masa kecilnya di Wembley.

Ketertarikan pada seni lukis membawanya ke Harrow Art School, University of Westminster. Ia pernah pernjalani profesi sebagai perancang grafis di perusahaan iklan Charlie Daniels Studios.

Bagi Anda yang mengoleksi album The Rolling Stones berjudul “Between the Buttons” (1967), yang mencetak hit “Let’s Spend the Night Together” dan “Ruby Tuestday”, pasti masih ingat bagian sampul belakang yang dipenuhi gambar kartun. Itulah hasil coretannya.

Album ‘Between the buttons’ (1967)
kartun hasil karya charlie

Pengagum Charlie Parker

Sejak muda Charlie Watts seorang penggila jazz dan sangat mengidolakan peniup saksofon Charlie Parker. Itulah kenapa di luar kesibukannya sebagai perancang grafis Charlie bermain dengan kelompok jazz Jo Jones All Stars, dari 1958 hingga 1959.

Tahun berikutnya ia pindah ke Denmark untuk mengejar karir di sebuah biro iklan sambil nyambi sebagai musisi jazz. Magnet musik dan seni lukis terus tarik-menarik dalam kehidupannya.

Sekembali dari Denmark, Charlie bergabung dengan Blues Incorporated pimpinan Alexis Korner sambil bekerja pada biro iklan Charles, Hobson and Grey. Ketika menjalani rutinas itulah ia bertemu dengan Mick Jagger, Keith Richard, Brian Jones dan Ian Stewart yang merayunya untuk bergabung dengan The Rolling Stones. Bikin band rock and roll? Tawaran ini tidak menarik minatnya.

Gabung ke Rolling stones

Akan tetapi setelah hampir setahun pikirannya berubah. Januari 1963 Charlie Watts menyatakan kesediaannya. Pemunculan perdana formasi ini berlangsung di Ealing Jazz Club, 2 Februari 1963. Ironisnya, Ian Stewart justru dicoret sebagai personoel resmi oleh manajer Andrew Loog Oldham karena dianggap tidak mewakili marwah The Rolling Stones. Namun Stu, panggilannya, tetap diikutsertakan sebagai tur manajer dan pemain piano hingga akhir hayatnya.

The Rolling Stones

Orkestra

Adalah Charlie yang merancang desain panggung untuk “Tour the Americas” pada 1975. Ide briliannya itu terus berlanjut. Bersama Mick Jagger, ia membuat konsep panggung “Steel Wheels/Urban Jungle Tour” (1989 – 1990), “Bridges to Babylon Tour” (1997 – 1988), “Licks Tour,” (2002 – 2003) dan “A Bigger Bang Tour” (2005 – 2007).

Ia drummer dengan begitu banyak penghargaan bergengsi. Saat jeda di tengah kegiatan supergurp itu, ia mengumpulkan 32 musisi di bawah bendera Charlie Watts Orchestra. Itu belum termasuk Charlie Watts Quintet, khusus untuk bermain di klub-klub kecil yang intimate.

Pribadi sederhana

Pada dasarnya Charlie Watts memang seorang pribadi sederhana. Jauh dari gambaran seorang rock star. Ia selalu menghindar dari segala bentuk publikasi dan membiarkan ruang tersebut diisi oleh Mick Jagger dan Keith Richard.

Pernikahannya dengan Shirley Ann Shepperd pun awet hingga embusan napas terakhirnya. “Saya hanya seorang pemusik dan akan tetap menjadi itu,” katanya.

Saya pribadi pernah dua kali menonton langsung konser The Rolling Stones. Jujur ketika di atas panggung kadang ia seperti ‘lenyap’ oleh kegilaan gaya Mick Jagger dan Keith Richard.

Namun meski sering luput dari perhatian, peran besarnya tak terbantahkan. Kini setelah kepergiannya, The Rolling Stones mengahadapi masalah serius.
So long, Charlie.

*Denny MR, pemerhati musik, wartawan dan penulis.

Kanal youtubenya: https://m.youtube.com/channel/UC7ncA4HURx8srEIhvPjoWjg

Avatar photo

About Gunawan Wibisono

Dahulu di majalah Remaja Hai. Salah satu pendiri tab. Monitor, maj. Senang, maj. Angkasa, tab. Bintang Indonesia, tab. Fantasi. Penulis rutin PD2 di Facebook. Tinggal di Bogor.