Thomas Cup Tanpa Merah Putih Itu Menyakitkan

Thomas cup tanpa merah putih

MAS SOEGENG

Meski Indonesia memenangkan gelar Juara Piala Thomas, namun bendera Merah Putih tak bisa berkibar di venue pertandingan dan disaksikan penonton seluruh dunia. Padahal, ini momentum luar biasa, dimana, Piala Thomas kembali ke Indonesia setelah 19 tahun berkelana di berbagai negara.

Dada penonton Indonesia terasa sesak, dan bagi pemain, ini perasaan yang sangat menyesakkan, sekaligus menyakaitkan. Sebuah pertandingan akbar dan penting tentang Badminton, dimana Indonesia ditakuti negara lain, harus mengalah membawa Piala Thomas tanpa bendera Merah Putih. 

Indonesia tak hanya dilarang menaikkan bendera Merah Putih selama pertandingan, tapi juga tidak boleh mengikuti bidding ( penawaran untuk mengajukan diri) menjadi tuan rumah multievent seperti Asian Games, SEA Games dan Kejuaraan dunia. 

Sangsi menyakitkan ini datang dari panitia BWF. Hukuman diberikan WADA ( World Anti-Doping Agency ), karena Indonesia dianggap tidak patuh karena tidak menerapkan program pengujian doping yang efektif. 

WADA mengatakan, ada lima organisasi antidoping yang dinyatakan tidak mematuhi kode etik antidoping dunia. Kelima organisasi antidoping itu adalah organisasi antidoping nasional (National anti-Doping Organization/NADO) dari Indonesia, Korea Utara, Thailand, serta Federasi Bola Basket Tuli Internasional dan Federasi Gira Internasional.

Jadi dengan sanksi ini, Indonesia tidak boleh mengibarkan bendera Merah Putih di berbagai pertandingan yang sifatnya regional, kontinental dan dunia. Praktis, Indonesia jika ingin mengibarkan bendera Merah Putih hanya di Olimpiade. Untuk ke depannya WADA telah menunjuk Jepang sebagai supervisi Indonesia. 

Kejadian ini sungguh melukai penonton dan pemain Indonesia hanya karena ada orang di Pemerintahan baik di Kemenpora atau Nado yang tak becus mengurus proses pengujian untuk sesuatu yang dampaknya luar biasa : orang lain melarang mengibarkan bendera kebanggaan Merah Putih di ajang olahraga terbuka. 

Seorang pemain Indonesia terkemuka seperti Taufik Hidayat saking jengkelnya bertanya, apa kerja orang Pemerintahan kalau sudah begini, Jangan-jangan pada tidur. Kalau sudah waktunya baru terbangun tergagap-gagap. 

Lalu, buat apa para olahragawan memenangkan berbagai kejuaraan namun tak bisa mengibarkan Bendera Merah Putih. Sanksi ini juga sebenarnya terlalu lebai, yang merugikan pemain. Sanksi sebenarnya bisa diterapkan semisal denda berupa uang atau tidak boleh ada pelatih atau ketua Tim yang ikut mendampingi pemain berlaga. Bukan memberangus kebanggaan sebuah negara. 

Tak bisa mengibarkan bendera, tak boleh mengajukan diri sebagai penyelenggara sebuah kegiatan olahraga tidak mendidik untuk masa depan para pemain olahraga di manapun. Semangat berbangga diri sebuah negara memenangkan kejuaraan, hilang karena sanksi yang terlalu lebai dan berat. 

Indonesia, tanpa Merah Putih dalam sebuah kejuaraan, adalah kemenangan yang menyesakkan yang tak diharapkan oleh para pemain yang berlaga atau penonton Indonesia. Merah Putih itu menyatu dengan Indonesia. Sebagai mantan Juara Badminton se RT, saya terluka….

TULISAN TERKAIT LAIN:

Indonesia Raih Thomas Cup Tanpa Kibaran Bendera Merah Putih

Thomas Cup Kembali ke Indonesia!

Presiden Sempat Tegang, Akhirnya Thomas Cup Kembali ke Indonesia

Avatar photo

About Mas Soegeng

Wartawan, Penulis, Petani, Kurator Bisnis. Karya : Cinta Putih, Si Doel Anak Sekolahan, Kereta Api Melayani Pelanggan, Piala Mitra. Seorang Crypto Enthusiast yang banyak menulis, mengamati cryptocurrency, NFT dan Metaverse, selain seorang Trader.