Tiada Hari Tanpa Berbohong

Seide.id -Berbohong itu hal biasa, bahkan seperti menu harian yang dicicipi tiap insani. Sungguh miris dan mengiris hati, ketika muncul pameo: “Tiada hari tanpa berbohong.”

Ketika berbohong menjadi suatu kebutuhan, maka pembenaran diri itu dihalalkan. Akibatnya, mencari kesalahan atau menyalahkan orang lain pun diperjual-belikan.

Selalu mencari alasan berbohong agar memperoleh kemudahan atau izin mudik, hal itu yang saya lihat dari seorang teman, SP. Tapi untuk peroleh kemudahan itu, ia biasa menggunakan alasan keluarga.

“Lebih baik jujur, kalau alasanmu ada keluarga yang sakit itu jadi nyata, bagaimana perasaanmu?” kata saya mengingatkan SP. Tapi ia senyum tidak menanggapi.

Saya memaklumi alasan SP sering mudik ke kampung. Ia jauh dari keluarga. Tapi saya menyalahkan alasan yang digunakan SP, karena ada anggota keluarga yang sakit untuk berbohong.

Padahal, saya pernah menyarankan agar SP memboyong keluarga. Hidup berpisah dengan keluarga itu tidak enak. Ibarat tinggal dalam dua dunia, dan biaya pengeluaran juga makin besar. Tapi SP menggunakan banyak alasan untuk pembenaran diri dan mencari amannya.

“Tiada hari tanpa berbohong” itu ternyata telah menjadi gaya hidup, atau penyakit masyarakat.

Buktinya, demi gaya hidup gengsi, orang memanipulasi diri agar tampil keren. Korupsi berjamaah, berbuat curang atau tercela demi untung besar, dan sebagainya.

Ketika orang-orang di lingkungan sekitar kita biasa berbohong dan berbuat curang, maka orang yang hidup jujur dan bersikap benar itu termasuk barang langka, atik, dan mahal.

Barang kuno dan antik itu dicari kolektor yang berduit. Tapi pribadi jujur dan bersikap benar itu kekasih Allah.

Mas Redjo / Red-Joss

Mata Hati untuk Mengasihi

Avatar photo

About Mas Redjo

Penulis, Kuli Motivasi, Pelayan Semua Orang, Pebisnis, tinggal di Tangerang