Tak ada kata TUA untuk terus menggali Potensi dan menekplorasikan ke dalam Ruang IDEA KREATIF
Juga tak ada kata SISA USIA – sebab siapa pun tak akan pernah tahu berapa jumlah akhir usinya.
Sosok yang tak pernah mau diam – jemarinya belum PIKUN masih lincah menggerakan kuas dan dan jarum sulam.
Hari ini – pagi tadi hingga menje;as Ashar saya bersama sahabat Eki Thadan
saya memenuhi janji untuk bertandang ke Rumah Seni Moel Soenarko
- (menjelang usia 80 tahun)
Sekali pun saya sudah menduga bagaimana Rupa RUMAH SENI yang semua karya lukisnya tak pernah dijual – namun sya masih menyisakan decak atas karya2 yang dipajang hampur seluruh dinding di Rumah Seni ini.
Kami bincang panjang – silih ganti – keduanya sama-sama cerewet saya dan ibu Moel yang didamping dosen seni UPI pak Budi.
Banyak yang ingin saya tulis tentang sosok yang LUPA PIKUN ini – namun kondisi malas nulis saya sangat tinggi maka hany ini yang bisa saya tulis tentang perjumpaan kami yang diawali dari foto Embong Brantas – Malang.—— USIA BUKAN JUMLAH KUMPULAN SIANG DAN MALAM – BUKAN JUM;AH TAHUN
Sosok Pelukis Realis – tokoh LUKISAN SULAM dan BATU Moel Soenarko
telh membuktikan terminologi yang sering saya posting di FB – bahwa USIA adalah MAKNA – dan saya kurang setuju pada usia senja yang dimaknai sebagai SISA USIA.
SEJUTA tahun pun usia manusia namun tak punya makna UNTUK APA? Tak perlu usia kumpulan siang dan malam berjumlah 100 tahun jika pada jumlah itu sudah kehilangan sejumlah kesadaran berpikir – berasa – dan beraktifitas yang memiliki fungsi keberadaannya pada jumlah usia sebanyak itu. Usia 40 tahun sdh berpulang – namun memiliki fungsi dan makna kehadirannya di bumi – usia itu punya makna jauh lebih besar dari 200 tahun hidup namun hanya punya albun keluh kesah – sakit hati dan seluruh turunannya