Pengantar Singkat: Kata-kata mutiara dan nasihat bijak Jawa kuno dari para leluhur Jawa, adalah juga salah satu dari Falsafah hidup bangsa Indonesia yang begitu indah dan penuh dengan makna kehidupan yang mendalam, semoga dapat menginspirasi Anda dalam menjalani kehidupan Anda sebagai manusia yang sedang selalu berusaha menuju ke arah yang lebih baik.
- MENYIMAK FILOSOFI JAWA TENTANG “IBU BUMI BAPA ANGKASA”
Pertama kali membaca judul ini mungkin di benak Anda akan timbul sebuah pertanyaan: Mengapa bumi disebut ibu dan angkasa disebut bapa atau bapak oleh orang Jawa?
IBU BUMI
Bumi atau dunia sebagai tempat kita dilahirkan dan tempat tinggal seluruh makhluk hendak memiliki sifat-sifat keibuan yaitu belas kasih, panjang sabar, lemah lembut dan murah hati. Sebagai lambang keibuan, bumi memiliki rahim yang mengandung biji-bijian dan akan melahirkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan dan berbagai macam bijih dan mineral yang terkandung di dalamnya dan itu semua hendak disediakan bagi seluruh makhluk yang hidup di dalamnya.
Jadi, bumi itu kaya dan murah. Semua orang berhak menikmati kekayaan dan kemurahan bumi sesuai dengan kemampuan masing-masing. Oleh sebab itu bumi yang seharusnya menyejahterakan kehidupan insan ini tak boleh dieksploitasi semena-mena melainkan harus kita jaga dan pelihara kelestariannya. Bumi sebagai tempat hidup memiliki kesabaran yang luar biasa.
Kotoran dan sampah yang dibuang oleh setiap insan hendak diurai dan dinetralkan kembali. Hanya saja karena kemajuan teknologi banyak limbah yang untuk menetralisirnya kembali membutuhkan waktu yang lama, ratusan tahun.
Kita cintai bumi kita sebagai ibu yang berbelas kasih. Jangan membuatnya penuh polusi dan rusak binasa.
BAPA ANGKASA
Angkasa, cakrawala atau langit oleh seumumnya orang Jawa dilambangkan sebagai Bapa atau Bapak.
Angkasa memiliki sifat laki-laki yang jauh langkah dan jangkauannya serta perkasa jiwa-ragaya. Dari sifat keperkasaan dan keadilannya, angkasa hendak menurunkan hujan bagi bumi agar semua yang tumbuh di bumi menuaikan hasil berupa biji-bijian bunga-bungaan, buah-buahan, dedaunan dan sebagainya, sebagai makanan makhluk di bumi. Langit, udara pun mesti harus dijaga kebersihannya agar bebas polusi dan tidak merugikan kehidupan makhluk di bumi. Jika insan tak ramah, alam akan marah.
Hidup ini unik dan misteri. Alam semesta serupa buku raksasa yang mesti kita baca dengan penuh kearifan dan kebijaksanaan.
Sungguh bijak filosofi Jawa ini yang menyatakan bumi sebagai ibu dan angkasa sebagai bapak. Dalam tradisi selamatan di Jawa keduanya dihormati dengan menyebutnya “Ibu Bumi Bapa Angkasa.” Keduanya di hormati dan dijaga kelestariannya agar hidup setiap insan yang ada di dalamnya, yang masih terikat oleh ruang dan waktu ini beroleh hidup yang selamat, damai dan sejahtera. Di Jawa juga ada ritual adat “Bersih Dusun, Bersih Desa, Memetri Desa, Sedhekah Bumi, Sedhekah Laut”. Semua ini adalah wujud-wujud dari kearifan lokal sebagai rasa syukur kepada Sang Pencipta yang memberi keselamatan dan anugrah yang cukup kepada insan di bumi.
- AJA NGABANGAKE KUPING
(Jangan Menyulut kemarahan)
“Aja” artinya jangan.
“Ngabangake” artinya membuat merah.
“Kuping” artinya telinga.
“Aja ngabangake kuping” artinya jangan membuat telinga menjadi merah atau jangan menyulut kemarahan orang lain.
Lihat, orang marah telinganya merah karena banyak aliran darah ke sana ketika mendengar kata-kata yang bisa menyulut kemarahannya.
Kata-kata seperti ini untuk memberi peringatan kepada siapapun orangnya, biasanya orang yang lebih muda yang kata-katanya keterlaluan tak enak untuk didengar oleh telinga orang tua. Oleh sebab itu berhati-hatilah jikalau sedang berbicara agar tidak mendapat peringatan seperti itu.
/Mangkujayan, Ngandhok Kidul, 13 Oktober 2022
Y.P.B.Wiratmoko