Oleh ERIZELI JELY BANDAR0
“ Uda, itu oposan semakin kencang aja kritik pemerintah. Katanya pemerintah gagal mengatasi pandemi COVID,” kata Yuni Via WeChat.
“ Itu bukan kritik. Dia sedang belajar mempraktekan Theories of Tyranny. Berpolitik dengan cara memanfaatkan kemarahan masyarakat karena situasi ekonomi atau pandemi. Awalnya dia menyalahkan. Setelah itu dia akan tampil sebagai solution provider. Pilihlah aku jadi presiden atau jangan lagi percaya kepada rezim yang ada. “
“Emang efektif ?
“ Terbukti efektif. Hitler berhasil kepuncak karena memanfaatkan kemarahan rakyat Jerman akibat resesi setelah perang dunia pertama. Semua penguasa tiran lahir dari cara menyalahkan lawannya guna memancing kemarah kolektif. Kemudian dia akan manawarkan program populis namun terkesan utopia sepeti rumah DP 0% atau OkeOce. Setelah dia berkuasa , dia perbodoh rakyat agar terus miskin dan tergantung kepada dia.”
“Kejam banget “
“ Ya umumnya penguasa tiran itu otak reptilnya lebih dominan daripada otak menusia. Cenderung predator. Umunya kehidupan seksnya buruk.
“Seharusnya gimana?
“ Dalam sistem demokrasi diperlukan kecerdasan intelektual dan spiritual untuk menang. Karena proses pengabdian ditengah masyarakat, diuji oleh waktu dan tantangan. Ya seperti Jokowi. Pernah jadi pengusaha sukses. Jadi walikota sukses. Jadi gubernur DKI sukses dan terakhir jadi presiden. Semua proses dia lewati dengan banyak tantangan.”
“ Konkritnya karakter pemimpin itu seperti apa?
“ Ditengah sulit dia mampu membangkitkan semangat positip, mengundang orang untuk mengambil langkah keyakinan melalui sepatah kata tentang apa yang mungkin , menciptakan sebuah inspirasi kolektif. Semua itu tercermin dari caranya berpikir, merasakan dan kemampuannya memfungsikan semua potensi positip , sebuah cara hidup dan cara menjadi yang transformative.”
“ Secara phisik dan psikis apa yang dominan dari pemimpin seperti uda katakan itu”
“Mentalnya stabil dan pasti sabar. Kehidupan seksnya bagus.”