TOKOH : Robin William Nano Nano

Catatan ARIES TANJUNG

Hari ini 21 Juli, adalah hari lahir aktor luarbiasa Robin Williams.

Aku tak ingin mengintip di mbah google atau di berbagai catatan yang sudah pasti berserakan memaparkan segala tetek-bengek tentangnya. Mari kita mengandalkan ingatan saja. Mari kita mengingat wajah karikaturalnya yang sangat akrab, kocak dan nyantel di benak.

Sejak perannya yang kita ingat di serial Mork and Mindy, sudah aku duga bahwa dia akan menjadi aktor dan akan bertahan sampai lama. Baik sebagai komedian maupun aktor. Malah sebagian besar dari kita sudah lupa kepada wajah apalagi nama pasangannya di film Mork and Mindy itu.

Mork dikisahkan sebagai mahluk dari planet lain yang nyasar ke bumi. Justru gerakan unik menggerakkan tangan dan 2 kata sudah cukup untuk mengingatnya. Menggerakkan jemari sehingga jari telunjuk menempel dengan jari tengah, jari manis menempel dengan jari kelingking. Memang gerakan tangan itu bukan sesuatu yang istimewa. Tapi konon gerakan seperti ini tak semua orang bisa melakukan dengan telapak tangannya. Lalu keluar kata-kata dari mulutnya:…Nano…Nano

Karakter Bintang

Ada beberapa aktor yang secara alamiah memang memiliki wajah khas “dari sononya” untuk peran-peran tertentu. Dulu ada Christoper Lee aktor yang selalu memerankan Dracula. Jerry Lewis , komedian. Clint Easwood yang’lengket dalam benak’ sebagai Cowboy, tapi akhirnya berhasil ‘melepaskan diri’ dari kesan itu. Ada Antony Hopkins yang selalu ‘menjanjikan kengerian’. Tony Perkins, specialis psikopat. Ada Charles Bronson yang ‘tak perlu banyak bicara’ dalam hampir setiap filmnya. Meryl Streep, jaminan film-film ajib. James Carey, komedian slapstick, dll. Dunsanak ( anda.Red) bisa memperpanjang daftar ini.

Bagaimana ‘menempatkan’ wajah dan sosok Robin Williams? Setelah berusia dewasa mengarah tua, dengan susah payah, barulah dia berhasil ‘keluar’ dari stereotype peran-perannya. Menurutku, puncak perannya sebagai aktor komedian yang kocak, spontan -dan tentu saja- cerdas, adalah perannya dlm film “Good morning Vietnam“. Di sana dia berperan sebagai komedian yang didatangkan untuk menghibur tentara Amerika yang sedang bertugas di Vietnam.

Di luar komedian, dia adalah aktor handal. Ada beberapa film yang tak bisa tidak, kita akan menyebutnya demikian. Ada bbrp film di mana dia berperan sebagai “orang serius” yang aku ingat. Di film “Good Will Hunting” Robin berperan sebagai psikolog yang harus mendampingi seorang pemuda cerdas, tapi selalu menutupi ‘dendam’ terhadap masa kecilnya nan kelam. Kekelaman itu muncul sebagai sikap destruktif yang bisa mencelakakan diri sendiri dan menenggelamkan bakatnya.

Dlm “Awakening“. Robin beradu akting dengan aktor yang ‘bukan sembarangan’ yaitu Rober De Niro. Dia berperan sebagai dokter yg dgn sabar harus ‘mengembalikan’ kesadaran seorang pasien, setelah koma selama belasan tahun.

Bunuh Diri

Dalam “Dead Poet Society“, Robin berperan sebagai guru di sekolah khusus anak-anak orang kaya. Dia ‘mengajarkan’ anak-anak untuk berani berfikir bebas. Ajarannya dianggap ‘meracuni’ murid-murid yang mengakibatkan dia dipecat dari sekolah itu. Lalu ada film ‘serius’ lain yanag aku ingat, yaitu “One huor photo”. Film triler tentang seorang lelaki manula penyendiri yang berprofesi sebagai pencetak foto.

Bunuh diri, dalam ajaran apa pun adalah sesuatu yang buruk. Suatu tindakan putus asa. Tapi dalam budaya Jepang tak selalu begitu. Ada yg dinamakan: sepuku. Jika seorang atau beberfapa orang Samurai melakukan suatu kesalahan yang memalukan, dia diminta oleh raja atau petinggi untuk ‘menebus’ kesalahan itu dengan cara membunuh diri. Sepuku. Sepuku dilakukan dengan upacara khidmat disaksikan dan dihadiri oleh para petinggi. Sepuku akan ‘memulihkan’ nama baik para samurai. Para Samurai pun biasanya membawa 2 buah pedang. Yang panjang disebut katana, yg pendek disebut tanto. Tanto yg memang berarti: pendek, adalah pertahanan terakhir. Dan kerap digunakan untuk membunuh diri (drpd mati konyol karena kalah, dikeroyok lawan atau terdesak, misalnya).

Ketika Robin Williams, memutuskan untuk mengakhiri hidupnya sendir, itu adalah misteri. Lalu mucullah berbagai spekulasi. Ada yang bertanya-tanya: “Apalagi yg kurang? Hidupnya sudah nyaman, bergelimang ketenaran dan harta? Kenapa harus bunuh diri?”. “Apakah di balik gelimang ketenaran dan harta itu, sebetulnya tersembunyi suatu beban yang menekan dan membuat depresi?”.

Aktor Yang Kesepian

Misteri itulah yg selalu membuat pemburu berita bertanya-tanya. Ada sebuah berita yg mengarah kepada kenyataan bahwa Robin Williams sesungguhnya adalah orang yg sangat kesepian dan sering dilanda depresi. Ini tentu bukan karangan, meski mungkin tak sepenuhnya benar. Analisa ini berdasarkan rangkuman bbrp wawancara dengan org-org terdekatnya.

Istrinya, anak-anak, kerabat dan teman-teman dekatnya. Robin, merasa ‘hidup dan bergairah’ jika dia berada di tengah-tengah orang banyak, di atas panggung, di mana dia berhasil membuat orang-orang terpingkal-pingkal, terhibur dengan gurauan cerdasnya. Konon di film “Good Morning Vietnam” sutradara tak perlu menyodorkan skenario. Robin, lebih banyak ‘ngedagel’ secara spontan tanpa skenario. Jika tak sedang berada di atas panggung dan berakting di depan kamera, dia adalah orang yg canggung, pemurung, selalu gelisah dan sering terlihat depresi.

Ah, bagaimanapun cara kepergianmu, apa pun pandangan suatu ajaran tentangmu. Dianggap baik atau buruk. Di mataku, kau telah banyak memberi kepada khalayak denagan segenap kemampuanmu. Terimakasih telah menghibur dan menginspirasi kami, Robin…