Tragedi Tenggelamnya Kapal Pengungsi Wilhelm Gustloff (2)

Agaknya para tentara ini sedang panik, karena sebentar kemudian mereka mulai menarik paksa kereta-kereta yang kebanyakan diseret para wanita itu untuk segera bergeser ke pinggir.

Para warga yang juga terburu-buru mengejar jadwal kapal tentu saja menolak. Mereka tak ambil pusing dan terus bergerak dan memakan semua area jalan.

Bencana pun datang. Dari arah belakang rombongan pengungsi meluncur dengan cepat ratusan tank, truk dan kendaraan berat militer lainnya menerjang jalanan, menabraki dan menggilas apa saja yang menghalangi jalan!

Orang-orang berteriak panik dan berlarian ke sisi jalan, tetapi kereta dorong yang memuat harta benda dan bahan makanan terakhir yang mereka miliki tak sempat diselamatkan. Akibatnya  puluhan ribu kereta pengungsi  di sepanjang jalan itu hancur lebur dilindas alat berat militer yang panik!

Dua jalur pengungsian menuju Kapal. Mau ambil jalur Busur, aman tapi jauh.
Atau melintasi laut yang sebagian membeku, yang berbahaya sangat berbahaya dan tanpa perlindungan?

Melintasi es

Mari kita menengok para pengungsi yang menempuh memotong busur,  yang melewati laut yang membeku. Suara berderak-derak terdengar membahana, itu suara roda kereta beradu dengan permukaan es yang mengeras. Semua serba tergesa. Tak ada waktu rehat meski lelah dan lapar mendera.

Yang terperosok karena terjebak es tipis selalu ada. Kereta berisi wanita dan anak-anak terjerembab masuk puasaran air dingin. Suara jeritan terdengar memilukan.

Dan…ya, Tuhan, tak ada seorangpun yang tergerak untuk berhenti dan menolong! Semua masa bodoh dan sibuk dengan urusan masing-masing!

Pengungsi melintasi laut yang tak semua membeku. Langkah nekad karena putus asa.

Menolong orang lain berarti waktu terbuang, juga membahayakan nyawa sendiri!

Yang naas masuk ke dalam air, hanya bisa pasrah dan pelan-pelan merasakan tubuhnya dingin, beku merambat dan  organ di dalam tubuh mulai mengeras , hidupnya segera berakhir disana.

Nasib malang puluhan ribu pengungsi tak berakhir disini. Dari arah timur secara medadak muncul 6 pesawat tempur Sovyet yang terbang sangat rendah. Suara tembakan segera terdengar susul menyusul!

Brrrrttt………berrrrrtttt…….berrrrrtttt…….

Lalu lolongan jerit tangis dan panik pecah dimana-mana. Orang berlarian kesana kemari! Tapi, mereka mau berlindung kemana?

Permukaan es rata sepanjang mata memandang! Tak ada bangunan, parit atau lubang untuk masuk dan berlindung!

Dari atas, para pilot dengan mudah melihat semua sasaran: permukaan es yang putih membantu semua benda di atasnya nampak menonjol dan terlihat jelas!

Yuri Chuchrikov, salah satu pilot yang hari itu beraksi memberi kesaksian beberapa tahun kemudian, “kami menembaki semua orang dengan mudah……

Bersambung: Mengapa Pilot seperti Yuri sangat benci pada Jerman?

Avatar photo

About Gunawan Wibisono

Dahulu di majalah Remaja Hai. Salah satu pendiri tab. Monitor, maj. Senang, maj. Angkasa, tab. Bintang Indonesia, tab. Fantasi. Penulis rutin PD2 di Facebook. Tinggal di Bogor.