Tragedi Tenggelamnya Kapal Pengungsi Wilhelm Gustloff (3)

Skala prioritas pun dibuat

Semua kapal harus mengangkut manusia dalam porsi: 40 persen tentara yang sakit, 40 persen memunggah pasukan yang masih utuh dan peralatan militernya, baru sisanya, 20 persen, membawa para pengungsi.

Jadi, bagi para pengungsi, dari ratusan ribu nyawa yang sudah berkumpul di pelabuhan, memiliki kesempatan terangkut dan selamat hanya 20 persen saja!

Padahal, untuk mencapai pelabuhan ini, mereka sudah berjalan puluhan bahkan ratusan kilometer, siang dan malam, melewati berbagai derita dan halangan.

20 persen saja yang memiliki kesempatan untuk melanjutkan hidup!

Rasanya sungguh tidak adil….

Kapal untuk tipu-tipu

Memang, bagi mereka -rakyat jelata- yang bisa selamat, dalam perjalanan maut menempuh puluhan bahkan ratusan kilometer dari daerah/ negara yang diduduki Jerman seperti: Estonia, Latvia, Lituania, Belarusia, Ukrania dan Prusia Timur, hingga bisa berdiri di pelataran pelabuhan di kota Gotenhaven akan terpana memandang kokohnya kapal Wilhelm Gustloff yang tengah sandar.

Memang tak sebesar kapal Inggris, Titanic, tetapi tetap bisa membuat mulut orang awam melongo.

Panjangnya 208, 5 meter, itu dua kali panjang lapangan bola (90meter) bahkan masih lebih. Lebarnya 24 meter dan tingginya membuat orang terpana: 56 meter!

Inilah mercusuar kebanggaan Nazi-Jerman yang penuh intrik, kelicikan dan tipu-tipu.

Kapal selesai dibangun 22 September 1939,  Wilhelm Gustloff nampaknya sengaja dibuat hanya untuk sarana kampanye dan propaganda partai Nasional-Sosial (Nazi)

Sasarannya untuk menggaet dukungan dari kaum pekerja kelas menengah dan kaum buruh, yang jumlahnya sangat banyak.

Pengoperasian kapal dipegang oleh semacam EO, dari front kaum buruh, DAF (deutsche arbeitsfront), sayap partai Nazi yang mengurusi pekerja dan buruh.

Tipu-tipunya begini: sejumlah buruh dan pekerja anggota DAF yang anggota awalnya berjumlah tak sampai satu juta orang, diberi waktu berlibur 3 hari sampai satu minggu pesiar memakai kapal mewah ini.

Mereka berlayar mengunjungi berbagai kota di pesisir utara Jerman yang memang indah. Makan dan minuman enak digelar 24 jam di berbagai sudut kapal. Ada ratusan orang awak kapal nan ramah, selalu siap membantu.

Di sudut lain juga tersedia ruang teater, bioskop, bar, ruang olah raga bahkan kolam renang outdoor dan indoor.  Para pekerja ini betul-betul dimanjakan!

Tidak hanya perjalalanan yang menyenangkan, selama berlibur para karyawan ini juga diberi bonus, dan gaji tetap dibayarkan secara utuh!

Pendeknya sudah senang-senang, dapat hadiah dan bonus uang, gaji pun tetap dibayar penuh, siapa yang tidak tertarik?

Foto propaganda. Kaum menengah bawah -pekerja keras- Jerman dibawa liburan memakai kapal pesiar Wilhelm Gustloff.
Bonus dan gaji dibayar penuh, makanan melimpah dan pesta di atas geladak. Siapa yang tidak tergiur?

Anggota meledak jumlahnya

Pelayaran mewah ini difilmkan dan kemudian diputar di seluruh bioskop di Jerman oleh departemen propaganda yang dipimpin tangan kanan Hitler, mantan wartawan yang sempat frustasi, Joseph Goebbels.

Beberapa buruh yang sempat berlayar juga dibawa untuk memberi ‘kesaksian’.

Maka gemparlah kelas menengah di Jerman. Jumlah anggota DAF kontan meledak hingga mencapai 20 juta orang lebih, termasuk anggota dari luar negeri seperti Swiss dan Austria.

Kopral macet

Setelah kaum menengah-bawah –jumlah terbesar dalam demografi Jerman- berada di dalam kantong, maka lengkaplah sudah dukungan bagi Adolf Hitler sebagai pemimpin Jerman,  karena pada tanggal 16 Maret 1935 pihak militer Jerman juga telah bersumpah untuk setia pada Fuhrer-nya/ pemimpin yakni Aldof Hitler.

Seorang yang sebenarnya tak jelas asal usulnya, saat dalam kandungan hampir digugurkan karena ibunya tak mau mengandungnya. Sempat bertempur dalam PD 1 denga pangkat terakhir kopral, ya, hanya seorang kopral!

Setelah semua lapisan penting dalam masyarakat Jerman mendukung Hitler, kehadiran kapal yang diambil dari nama seorang politikus partai Nazi cabang Swiss, Wilhelm Gustloff,  yang sangat setia pada Hitler, dan mati ditembak oleh orang tak dikenal, menjadi tidak diperlukan lagi!

Secara mendadak pengoperasian tur tipu-tipu untuk mengangkat ‘derajat’ kaum menengah dan kaum buruh pun dihentikan pada tanggal 21 November 1940. Jadi, praktis kapal ini hanya beroperasi untuk menyenangkan orang selama 2 bulan saja!

Kapal nganggur

Selanjutnya kapal menganggur total. Di Jerman pada saat itu orang tak berani protes karena semua sistem telah diciptakan untuk saling mengawasi.

Bergunjing saja pada tetangga akan berakhir dipenjara. Karena, bisa jadi, tetangga tadi adalah informan partai. Maka, celakalah Anda!

Kalau hanya interogasi semalaman dengan lampu sorot mengarah ke mata dan beberapa tonjokan oleh Gestapu – polisi rahasia- kemudian esok kembali bebas masih terbilang lumayan.

Lha, kalau sudah menginap berhari-hari itu lebih menyiksa. Dan, percayalah, para penyiksa ini tak pernah bekerja setengah-setengah, mereka bisa juga menangkap istri/ suami/ anak atau orang tua kita!

Maka, kapal dibiarkan menganggur pun tetap tak ada yang protes.

Dari pada kosong,  kapal ini pernah dioperasikan sebagai rumah sakit terapung, sebelum akhirnya -entah mengapa- dilayarkan menuju kota Gotenhaven, keluar dari Jerman dan sandar di sana sejak akhir November 1940.

Kapal jadi sekolah pelatihan kadet U-boot

Avatar photo

About Gunawan Wibisono

Dahulu di majalah Remaja Hai. Salah satu pendiri tab. Monitor, maj. Senang, maj. Angkasa, tab. Bintang Indonesia, tab. Fantasi. Penulis rutin PD2 di Facebook. Tinggal di Bogor.