Lawrence Wong menjadi kandidat terkuat perdana menteri keempat Singapura usai diangkat sebagai wakil PM Lee Hsien Loong pada Senin (06/06). Birokrat senior berusia 49 tahun itu akan resmi dilantik pada 13 Juni mendatang, sembari merangkap jabatan sebagai menteri keuangan.
Seide.id – “Kepemimpinan generasi mendatang sudah mulai terbentuk. Saya mengimbau semua orang untuk memberikan dukungan penuh bagi transisi penting ini, untuk mengarahkan Singapura keluar dari pandemi secara aman,” tulis Lee Hsien Loong lewat akun Facebooknya.
Dia mengatakan Lawrence Wong berpeluang mengambil alih jabatannya sebelum atau sesudah pemilu 2025. Namanya sudah dicalonkan April lalu oleh Partai Aksi Rakyat (PAP) yang berkuasa sejak 1959 di Singapura.
Wong menggeser kandidat lain, Heng Swee-Keat, bekas menteri keuangan yang sempat dicalonkan menggantikan Lee. Namun, Heng mengundurkan diri menyusul perolehan suara yang rendah pada pemilu 2020.
Popularitas Lawrence Wong (kanan) mencuat sejak memimpin satuan kerja penanggulangan pandemi COVID-19. Tulis kantor berita Barat di Singapura. foto TwitterLee Hsien Loong.
Kebijakannya menerapkan lockdown ketat, menutup perbatasan, dan memantau kontak antarwarga sejak dini mendulang pujian nasional karena berhasil mencegah eskalasi wabah.
Setelah mencapai tingkat vaksinasi tertinggi di dunia, Singapura akhirnya sepenuhnya membuka kembali kehidupan publik pada April 2022. Simpati terbesar didapatnya saat meneteskan air mata ketika berterimakasih kepada petugas kesehatan dalam sebuah pidato di parlemen pada tahun 2020. Luapan emosinya saat itu dianggap membawa kesegaran dalam tradisi kepemimpinan di Singapura yang kaku dan tertutup.
Padahal Wong ikut dibesarkan dalam tradisi birokrasi serupa. Dia mengawali kariernya sebagai pegawai negeri di sejumlah lembaga pemerintah, sebelum kemudian menjadi sekretaris utama PM Lee hingga tahun 2008.
Wong resmi memasuki arena politik pada pemilu 2011 dan diangkat sebagai menteri kesehatan dan pembangunan nasional empat tahun kemudian.
Pemulihan ekonomi pascapandemi saat ini masih menjadi prioritas utama pemerintah Singapura. Terutama dampak perang Ukraina dan gangguan pada rantai suplai global dikhawatirkan bakal semakin menyulitkan sektor manufaktur dan perdagangan.
Singapura juga sedang terdesak oleh upaya kelompok G7 menetapkan pajak global bagi perusahaan sebesar minimal 15 persen. Buat negara yang menjadi tuan rumah bagi banyak korporasi multinasional itu, rencana G7 berpotensi menyusutkan pemasukan negara.
Transisi energi terbarukan juga akan menjadi tanggung jawab pemimpin baru Singapura. Pertanyaan terbesar terutama menyangkut sektor pengolahan minyak yang selama ini menjadi primadona perdagangan.
Partai Aksi Rakyat (PAP) saat ini membina mayoritas super berkekuatan 83 dari 93 kursi di parlemen. Dukungan bagi penguasa tunggal Singapura itu menyusut ke level terendah pada pemilu 2020 lalu, ketika partai oposisi merebut 10 kursi di parlemen.
“Dengan kinerja partai yang setengah hati, Wong dan Lee kemungkinan besar akan fokus pada inisiatif atau kebijakan sosial bagi warga Singapura dan membantu PAP memenangkan dukungan publik,” kata Nydia Ngiow, Direktur Bower Group Asia, sebuah perusahaan konsultasi bisnis di Singapura. – DW/Dms