TREATMENT SKENARIO: Format Filmis Kerangka Skenario

Skenario

Oleh HARRY TJAHJONO

Setelah sinopsis, tahap kedua proses penulisan sekenario adalah membuat treatment. Pengertian treatment di sini adalah format filmis sebuah kerangka skenario, berupa  rangkaian peristiwa atau informasi yang membentuk susunan plot atau jalan cerita.

Membuat treatment pada dasarnya adalah memilih peristiwa dan informasi yang terdapat di dalam sinopsis, untuk dirangkai secara kronologis atau sesuai urutan kejadian sehingga tersusun plot alias jalan cerita.

Kalo sama-sama berisi jalan cerita, apa bedanya sinopsis dengan treatment?

Begini. Sinopsis adalah ringkasan atau ikhtisar cerita yang dituturkan secara literer (bahasa), sedangkan treatment adalah rangkaian peristiwa atau susunan plot yang dipaparkan secara filmis (audio-visual). Kalo  sinopsis menceritakan urutan peristiwa dan informasi dengan kalimat yang terdiri dari rangkaian kata,  treatment memaparkannya dalam rangkaian kejadian/adegan atau susunan plot/jalan cerita.

Contohnya?

Misalnya dalam sinopsis diceritakan bahwa: Tomi adalah anak kesayangan Pak Brata, pejabat korup, yang terbiasa dimanjakan kekayaan, fasilitas dan kekuasaan Bapaknya.

Kalimat itu, data dan informasi tentang Tomi anak pejabat korup dan “hedonis” yang diceritakan secara literer itu, di dalam treatment diubah atau dipaparkan secara filmis—dalam bentuk rangkaian adegan audio-visual seperti di bawah ini, misalnya: 

Sebuah BMW keluaran terbaru diparkir  di halaman rumah mewah.  Tomi muncul dari dalam rumah, nyamperin  BMW, duduk di belakang setir, ngeluarin HP dari kantongnya dan nyari nomor telepon Bapaknya.

Di kantor, Pak Brata sedang membicarakan proyek bernilai milyaran  dengan dua orang pengusaha. Tiba-tiba HP Pak Brata berdering.

Lewat HP, Tomi minta dibelikan mobil Jaguar seperti milik temannya. Kalo nggak  dikabulkan, Tomi mengancam akan minggat.

Pak Brata menutup telepon, lalu mengeluhkan ancaman anak kesayangannya yang minta dibelikan Jaguar. Mendengar keluhan Pak Brata, salah satu tamunya langsung menelepon dealer mobil dan memesan Jaguar atas nama Tomi.

Jadi, apa yang di sinopsis cuman dijelaskan dalam satu kalimat, kalo dibikin treatment bisa disusun jadi empat adegan?

Bisa empat atau lebih, bisa juga kurang dari empat. Contoh di atas lebih dimaksudkan untuk menjelaskan perbedaan antara penceritaan secara literer dengan  penceritaan secara filmis.

Yang perlu dicamkan adalah bahwa membuat treatment adalah menata urutan kejadian atau adegan sehingga tersusun plot atau jalan cerita yang menarik.

Bukankah skenario juga terdiri dari susunan adegan yang terjadi dalam film atau sinetron?

Betul. Karena skenario dibuat berdasarkan treatment. Tapi, treatment bukanlah skenario. Treatment adalah kerangka skenario berupa urutan kejadian atau adegan yang ditulis secara ringkas, padat dan jelas. Dalam treatment, selain adegan, pokok dialog juga perlu dimasukkan. Sedangkan penjelasan mendetil tentang tokoh, akting, suasana, waktu dan tempat kejadian, tidak perlu ditulis karena keterangan secara rinci mengenai keseluruhan adegan itu akan disampaikan di dalam skenario.

Kalo di skenario akan dijelaskan secara rinci dan mendetil, lalu apa perlunya menyusun adegan dan pokok dialog secara ringkas?

Selain perlu juga penting, terutama karena treatment memudahkan kita untuk meneliti dan mengetahui apakah semua adegan sudah  tersusun dengan tepat atau belum? Sudah sesuai jalan cerita atau justru menyimpang? Karena masih berupa tulisan ringkas, susunan adegan itu mudah  disimak dan gampang diperbaiki. Kalau ada adegan yang urutannya nggak pas, bisa langsung dipindah. Kalau ada adegan yang mengganjal atau bahkan membuat alur cerita menjadi ruwet, bisa dihapus atau diubah.

Apakah susunan adegan di skenario tidak bisa diubah?

Tentu saja bisa dan biasanya dilakukan pada saat merevisi skenario.

Tapi, karena adegan yang tersusun di skenario itu juga menjelaskan kostum-akting-dialog para pelaku dan waktu-suasana-lokasi kejadian serta petunjuk teknis semisal close-up, insert dan sejenisnya, maka untuk meneliti dan mengetahui apakah susunannya sudah tepat menjadi lebih sulit dan makan waktu. Dan mengubah susunan skenario bukan berarti cuman perkara memindahkan urutan adegan. Kostum-akting-dialog pemain dan waktu-suasana-lokasi kejadian juga perlu disesuaikan dengan urutan adegan yang berubah. Dibanding mengubah treatment, jelas lebih  repot dan buang-buang energi.

Iya, ya…, ternyata treatment itu emang penting dan perlu dibikin ya?

Kalo nggak penting dan nggak perlu dibikin, ngapain amat dibahas panjang lebar? Telmi amat, sih?

Daripada sok tau padahal nggak ngerti sama sekali, mendingan telmi, kan?

Terserah elo, deh….

Supaya nggak tambah telmi, tolong jelasin hal lain yang berhubungan dengan treatment, dong….

Hal lain apa?

Apa aja yang menyangkut treatment, yang perlu dijelasin….

Oke. Menyusun treatment itu nggak cuman asal menata adegan sesuai urutan jalan cerita atau berdasar sebab akibat kejadiannya. Membuat treatment sebenarnya juga berarti menyusun struktur dramatik supaya jalan ceritanya menarik. Struktur dramatik yang baik akan membuat jalan cerita jadi menarik. Atau, jalan cerita yang menarik memerlukan struktur dramatik yang baik.

Apaan lagi tuh struktur dramatik?

Konstruksi dramatik itu adalah susunan kejadian, action, konflik, suspence dan unsur dramatik lainnya yang dapat menimbulkan rasa ingin tahu pemirsa, atau yang membuat penonton antusias untuk mengikuti dan bahkan menduga-duga apa yang akan terjadi di akhir cerita. Lebih jelasnya lagi, soal struktur dramatik itu kita jadikan topik bahasan minggu depan.

Jadi, membuat treatment itu sama dengan menyusun jalan cerita yang menarik?

Kira-kira begitulah….

Kok kira-kira begitulah? Pastinya apa, dong?

Pastinya…, pengertian membuat treatment sama dengan menyusun jalan cerita yang menarik itu nggak salah, hanya saja ada pengertian lain yang lebih pas, yaitu: membuat treatment adalah menyusun struktur dramatik supaya jalan ceritanya menarik untuk diikuti.

Cuman beda dikit aja kan boleh?

Terserah elo, deh….

Emang! Lanjut aja ke soal panjang treatment itu biasanya berapa halaman ketik?

Kalau diukur dari jumlah halamannya, sebuah treatment film 120 menit, panjangnya antara 15 sampai 20 halaman ketik.

Oke…, lanjut lagi ke soal berapa banyak jumlah adegan yang disusun dalam sebuah treatment?

Tergantung. Kalo treatment film 120 menit, antara 70 sampai 100 adegan. Kalo treatment sinetron berdurasi (60 menit dipotong 12 menit iklan dikurangi 3 menit untuk opening dan closing sehingga tinggal) 45 menit, biasanya terdiri dari 30 sampai 40 adegan.

Jadi…, setiap adegan rata-rata cuman terjadi selama 1 ½ menit?

 Kira-kira begitulah….

Sebentar amat?!

Emang nggak boleh terlalu lama, supaya nggak membosankan. Kalo adegannya berlama-lama, jalan ceritanya pasti juga tersendat-sendat, kesannya  jadi lambat, bikin mata capek dan belekan.

Tapi, 1 ½ menit itu apa nggak terlalu sebentar?

Enggak juga.

Asal tau aja…, dalam film atau sinetron, satu detik itu berarti 24 gambar. Jadi, dalam tempo 1 ½ menit atau 90 detik ada 2.160 (dua ribu seratus enampuluh) gambar yang muncul di layar. Cukup banyak untuk menggambarkan sebuah adegan, kan?

Ya owooh.. .*

Avatar photo

About Harry Tjahjono

Jurnalis, Novelis, Pencipta Lagu, Penghayat Humor, Penulis Skenario Serial Si Doel Anak Sekolahan, Penerima Piala Maya dan Piala Citra 2020 untuk Lagu Harta Berharga sebagai Theme Song Film Keluarga Cemara