Komodo bobo-bobo siang di Pulau Komodo, TNK – Restiawati Niskala
Oleh HERYUS SAPUTRO SAMHUDI
RESTI terbangun dari tidurnya, karena terasa ada benturan-benturan halus di lambung samping belakang kapal yang jadi moda transportasi sekaligus akomodasi Trip on Board (ToB). Beberapa teman seperjalanan juga terbangun, sama keluar kabin, menuju geladak belakang dekat dapur, dan menemukan Bang Udin
(nahkoda) dan Bang Ipul (juru batu sekaligus juru masak) sedang mengusir sesuatu.
Kapal dengan ranjang tidur susun berkapasitas 15 penumpang itu bermalam dan tertambat di dermaga kayu Pos Loh Buaya di Pulau Komodo, Taman Nasional Komodo/TNK. Namun benturan halus yang dirasakan Resti dan teman-temannya, bukanlah dinding perahu yang membentur dermaga, melainkan karena dua ekor
komodo besar di air, yang membentur-benturkan moncongnya ke dinding perahu.
Komodo (Varanus komodoensis) aktif di siang hari. Tapi bisa jadi biyawak raksasa endemik TNK itu turun ke laut dan renang malam karena aroma ikan pangang di dapur kapal, sisa santap malam Resti dkk. Karena itu, selain mengusir dengan dayung, Bang Ipul lantas membawa dan menaruh sisa Ikan Panggang di tanah tak jauh dari dermaga, yang sebentar saja ludes (ketulang-tulangnya) disantap komodo.
Itulah pengalaman malam pertama Resti dkk ToB di TNK di Selat Sape, antara Pulau Sumbawa dan Pulau Flores. Dari Jakarta kami terbang ke Bandara Internasional Komodo di Manggarai Barat – Nusa Tenggara Timur, lanjut bermobil ke Labuan Bajo, dan di kota pelabuhan itu sudah menunggu kapal yang (sudahdikontak dari Jakarta) akan membawa kami ToB dua malam tiga hari keliling TNK. ***