Seide.id – Kudus selain melekat dengan citra kota kretek juga merupakan daerah yang kaya dengan peninggalan zaman kewalian berupa bangunan masjid.
Rata-rata masjid di Kudus pada zaman kewalian mendapat sentuhan ornamen budaya Hindu sehingga sekilas nampak seperti bangunan percandian.
Pada tulisan ini, masjid kuno zaman kewalian yang akan dibahas lebih rinci yakni Masjid Baitul Aziz atau yang terkenal dengan nama Masjid Wali Hadiwarno.
Masjid Baitul Aziz terletak di Desa Hadiwarno, Kecamatan Mejobo, Kabupaten Kudus.
Masjid tersebut dibangun pada abad ke-16 M yang dimana tergolong zaman kewalian.
Masjid tersebut luasnya 150m dan terbuat dari batu bata merah kuno.
Di bagian depan masjid terdapat Gapura Padurekso dengan panjang 3 m, lebar 176 cm, dan tinggi 270 cm.
Candra Sengkala di Gapura
Menurut Raden Bratakesawa T.W.K Hadisoeprapta dalam bukunya yang berjudul “Keterangan Candrasengkala”, candrasengkala disebut juga dengan istilah sengkalan.
Sengkalan merupakan catatan peringatan perhitungan tahun dengan kalimat atau susunan kata-kata, bukan dengan angka.
Secara sederhana, sengkalan dapat dipahami sebagai kalimat yang kata-katanya berwatak bilangan sehingga tersusun angka tahun.
Pada bagian atas gapura Masjid Baitul Aziz terdapat ukiran angka sengkalan angka tahun Tri Sula Naga. Tri (Tiga), Sula (Enam) dan Naga (Delapan), yang kemudian diartikan sebagai tahun 836 Hijriah dalam kalender Islam.
Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah menyebut jika 836 Hijriah dimaknai sebagai tahun berdirinya Masjid Baitul Aziz, dimana tahun tersebut merupakan masa Sunan Kudus dan Sunan Muria.
Dengan demikian, Masjid Baitul Aziz dibangun pasa masa Walisongo.
Oleh: Khoirunnis Salamah