Tuhan, di Mana Engkau?

Seide.id – Lelaki tua itu sedih, teramat sedih. Hatinya perih dan berdarah-darah. Ia memprotes Tuhan yang seakan tidak peduli lagi pada umat-Nya.

“Tuhan, di mana Engkau?” keluhnya sambil menahan rasa sakit yang luar biasa itu.

Ia melancarkan protes keras pada Tuhan yang seakan menutup mata dan masa bodoh melihat bencana datang bertubi-tubi, krisis ekonomi global, hingga dekadensi moral yang mendunia.

Kemajuan teknologi modern telah menggerus tenaga manusia diganti robot, menu makanan jadi serba kapsul multi vitamin, dan apa pun transaksinya diganti ke uang digital.

Fakta yang lebih parah dan miris adalah, rumah-rumah ibadah mulai ditinggalkan oleh umat-Nya, dan peruntukkannya berubah jadi tempat nongkrong, entertain, dan sejenisnya.

Kemudahan yang super mudah, efisien, dan memanjakan, membuat berjuta orang jadi malas bergerak. Sehingga di seluruh dunia terjadi ledakan obesitas yang sangat luar biasa.

Lelaki itu bingung sebingungnya, jika ingin pergi beribadah. Karena lokasi rumah ibadah itu dipindah ke pinggiran hutan. Ibadah yang dilakukan secara off-line tidak membuat jiwanya terpuasi. Ia juga tidak bisa ngobrol dan bertatap muka antar para lansia.

Sedang semua angkutan drone jarang ada yang mau membawa penumpang ke rumah ibadah. Alasannya, rutenya jauh dan tidak ada penumpang. Kecuali drone itu dicarter, dan biayanya amat mahal.

Dulu, untuk mengobati rindu hati pada teman-teman lansia, ia biasa pergi ibadah setiap pagi. Ngobrol, curhat, atau berbagi kisah masa muda yang sentimental.

Kini, jika ia pergi ke bekas rumah ibadah, hatinya jadi nelongso. Karena rumah itu peruntukannya
telah berubah fungsi.

Sementara itu, untuk menetap di sekitar rumah ibadah juga tidak mungkin dilakukan. Anak-anaknya tidak bakal mengizinkan, apalagi di sana tidak ada saudara. Jika sakit, siapa yang mau mengurus?

“Tuhan, apa ini karena perubahan zaman, sehingga umat pergi menjauh dan meninggalkan-Mu?” gumam lelaki itu seperti pada diri sendiri.

Bisa jadi pula, gempuran musibah yang terus menerus itu sebenarnya Tuhan mengingatkan umat itu untuk kembali pada-Nya.

Kenyataannya, berjuta umat telah mentuhankan kesenangan sendiri dan jadi makin egoistis.

Sekali lagi dihelanya nafas panjang. Hatinya sungguh terpukul melihat realita itu.

Tiba-tiba pesan singkat nyangkut di hp-nya. Ia terperangah membaca pesan bijak yang menohok hati itu.

“Sesungguhnya, Tuhan ada di dalam hati kita, tapi kita berada di luar untuk menemukan Tuhan lewat kesenangan duniawi.”

“Kita biasa protes dan menyalahkan Tuhan yang seperti tak peduli. Padahal hati kita yang kering dan mati.”

“Tuhan bersama kita, tapi kita yang tidak bersama-Nya.”

Lelaki itu sesenggukan, menangisi dirinya sendiri.
(Mas Redjo)

Ketika Ide Itu Kering

Avatar photo

About Mas Redjo

Penulis, Kuli Motivasi, Pelayan Semua Orang, Pebisnis, tinggal di Tangerang