Seide.id – Laut Cina Selatan sedang tegang. Iring-iringan kapal induk Inggris, HMS. Queen Elizabeth (65.000 ton), diapit 8 kapal perang lainnya dan kapal selam pengawal di bawah air, sudah memasuki perairan Laut Cina Selatan.
Meski iring-iringan kapal ini memang hanya sedang ‘tur’ ke kawasan perairan Asia, tak pelak kehadirannya membuat telinga Tiongkok panas. Negara ini lalu mengirim kawat ancaman, meminta agar armada AL terkuat yang dimiliki Inggris saat ini supaya segera keluar dari kawasan Laut Cina Selatan.
Peringatan tak digubris.
Sekarang, armada AL Inggris ini malah menggelar latihan bersama AL Singapura, AL Amerika dan AL Belanda. 8 kapal perang paling canggih yang terlibat.
Di tengah ketegangan ini, kemarin AL Taiwan menerima 2 kapal perang cepat, korvet siluman kelas Tuo Chiang (korvet adalah kapal perang yang lebih kecil ukurannya dari frigat, tapi lebih besar dari kapal patroli) sebagai paket yang pertama dari 12 kapal pesanan produksi dalam negeri.
Korvet berawak 41 orang, sudah termasuk perwira, ini mampu melesat cepat karena bisa berlari 45 knot (sekitar 83 km/ jam) dan disebut-sebut sebagai kapal ‘pembunuh kapal induk’.
Angin Pemberani
2 kapal ini dinamakan menurut nama sungai, Tuo Chiang (Chiang, sungai), bernomor lambung PPG-618, dan Ta Chiang, PPG-619. Masing-masing berbobot 567 ton muatan penuh, panjang 60, 4 m dan lebar 14 meter.
Uniknya, lunas kapal (bagian bawah, tulang rusuk) memiliki lunas ganda/ dua yang kerap disebut katamaran, yang memberikan keunggulan lebih, yakni: kapal bisa dipacu lebih cepat dan juga lebih stabil karena posisinya memiliki dua ‘kaki’.
Tuo Chiang produksi galangan kapal dalam negeri Lung Teh, di pusat industri kapal di kota Su-ao sebelah timur laut pulau Taiwan. Disainnya unggul karena rendah, merunduk, dengan dinding kapal ditekuk kedalam untuk memantulkan radar, hingga kehadirannya sulit dideteksi ‘penglihatan’ lawan.
Mesinnya dibungkus sedemikian rupa agar panas hasil pembakaran bisa diminimalisir hingga sulit dijejak sinar infra merah radar lawan.
Dengan keunggulan diatas, kapal mampu berlari cepat, tidak tinggi, sulit dideteksi radar dan susah dipantau infra merah, membuat Tuo Chiang unggul untuk memainkan strategi pukul dan lari saat berhadapan dengan kapal lawan yang lebih besar.
Dan, memang, kapal seperti ini sangat ditakuti kapal besar seperti kapal induk, karena persenjataan yang dibawa Tuo Chiang juga bukan main-main.
Kapal ini membawa 8 misil subsonik Hsiung Feng II (Hsiung Feng, Angin Pemberani) yang mampu melesat hingga sekitar 800 km/ jam, dan, ini yang ditakuti lawan, memunggah 8 misil supersonik anti kapal permukaan, Hsiung Feng III yang bisa berlari sampai 1.300 km/ jam.
Untuk pertahanan, kapal mengandalkan senapan mesin 20 mm Phalanx CIWS (dieja: sea-wiz – Cloce In Weapon System, sistem senjata untuk pertahanan jarak dekat, 1,3 km persegi) yang mampu menyemburkan 4.500 peluru permenit! Dengan kecepatan 1.200 m / detik dengan jarak tembak hingga 5.500 meter.
Semburan Phalanx sangat cepat dan efektif untuk melumpuhkan misil, mortir, pesawat dan helikopter lawan yang mendekat saat memasuki radius pertahanan ring 1 kapal di sekitar 3 km persegi.
Selain senapan mesin ini, korvet ini juga dilengkapi meriam 3 inci (76mm) di bagian depan kapal. Dan untuk melumpuhkan kapal selam, Tuo Chiang membawa 2 terpedo Mark 32 yang ditempatkan di sisi kanan dan kiri kapal.
Harus diakui kemampuan Taiwan memakai kapal kecil nan cepat, tangguh dan sulit dideteksi ini adalah pilihan yang tepat. Kemampuannya layak diperhitungkan, julukan kapal ‘pembunuh kapal induk’ agaknya memang layak disandang. (gun)