Foto : Marten Bjork/ Unsplash
Jujur, ketika ditawari oleh Bos untuk pindah pekerjaan, dan menyimpang dari keahlian, seharusnya hal itu saya tolak.
Saya harus meninggalkan zona nyaman. Dari ruangan kerja yang dilengkapi seperangkat _desktop publishing_ (DTP), lalu saya jadi tenaga pemasaran yang kerjanya di jalanan.
Bukan berarti pekerjaan pemasaran itu rendah dan tidak disyukuri, melainkan pekerjaan itu melenceng dengan keahlian saya dan merupakan bidang baru.
Saya juga tidak bisa naik motor, dan tidak mempunyai SIM. Tapi untuk berterus terang dan menolak Bos, saya takut mengecewakannya. Karena Bos teramat baik.
Saya lalu mendiskusikan keinginan Bos dengan istri yang akhirnya menyerahkan keputusan itu sepenuhnya pada saya, karena saya yang bakal menjalani.
“Sertakan Allah dalam setiap langkah dan keputusan agar kita selalu diarahkan-Nya,” pikir saya untuk lebih semeleh.
Resesi jelang 1997 itu saya sikapi dengan penuh syukur. Saya harus berani mengubur zona nyaman dengan melihat realita. Kurs Dolar meroket hingga 300% dan dampaknya sungguh luar biasa.
Saya bersyukur tidak kehilangan pekerjaan, tapi tetap dipercaya, meski jabatan saya turun. Hal itu yang harus saya buktikan, kalau saya mampu. Keputusan Bos memilih saya adalah tepat.
Pekerjaan sebagai pemasaran saya jalani dengan senang hati. Saya seperti dilahirkan kembali. Ternyata belajar bidang baru itu sangat menarik dan menantang saya untuk jadi pribadi yang gesit dan tangguh. Sekaligus sebagai pembuktian diri pada Bos.
Kini 25 tahun berlalu begitu cepat. Ketika kita dihadapkan pada masalah yang berat atau pilihan yang sulit, kita diajak tidak reaktif dan emosional, tapi tetap bersikap tenang agar kita mampu berpikir jernih.
Seberat dan sesulit apapun beban hidup ini, Tuhan mempunyai rencana yang terbaik untuk kita. IA tengah memproses kita agar tahan uji untuk hidup ikhlas.
Beberapa tahun lalu, Bos telah berpulang menghadap Sang Pencipta. Saya sungguh bersyukur karena Bos telah menempa saya untuk mandiri dalam berwirausaha.
Terima kasih saya dan keluarga dari hati yang terdalam untukmu, Bos. Semoga kau bahagia di surga.
(Kenangan untuk Bos, BSM)
Berserah Pasrah Itu Mudah Menjalaninya Sulit