Membaca berita di seide.id tentang Bancakan Kartu Kredit 400 M di BUMN, teringat cerita seorang teman.
Lima tahun lalu, seorang petinggi di sebuah BUMN mengajak ketemuan. Dia tak punya banyak teman. Setiap ada waktu buat makan enak, sering menawari. Hari ini kita makan apa, yuk ?
Ini pertanyaan keluar dari orang yang telah selesai dengan persoalan uang. Sepertii teman ini.
Belakangan, dia membocorkan rahasia. Tiap bulan, selain gaji yang lumayan besar, ia memperoleh uang saku yang nilainya fantastis. Jimlahnya setara beli sebuah apartment 1 Bed Room tiap bulan !
Semula saya mengira ia mau pamer. Lalu secara detil dia cerita karena dia tak mau saya menuduh dia korupsi.
Uang Saku Fantastis
Waktu pertamakalinya ia menjabat di sebuah BUMN di daerah Lapangan Banteng, ia menerima uang tunai sebesar Rp 100,000,000, ia terkejut. Lebih kaget lagi, bendahara mengatakan bahwa uang sebesar itu akan diterima setiap buka dan akan naik sesuai jabatan dan masa kerja. Bisa dihabiskan kapan saja dan tak perlu pertanggungjawaban.
Gendeng !
Awalnya, selama dua pekan, uang itu tak dibelanjakan. Ia takut bersalah atau sengaja dijebak. Ketika ia mengatakan pada rekan sejawatnya, ia malah diancam. Kalau sampai bocor, semua pejabat di Indonesia ini akan kehilangan dana pribadi selain gaji dan dana-dana lain. “ Ini dana bancakan,” kata temannya.
Ia terus menerima uang saku tanpa perlu dilaporkan. Nilainya bisa lebih dari Rp 100 juta – Rp 200 juta. Ia tak terus terang berapa ia mempetoleh rutin tiap bulan. Dan seperti yang lain, ia tak berani berbicara atau berteriak. Ia bisa kehilangan pekerjaan dan dimusuhi banyak orang.
Ketika Ahok berteriak untuk menghentikan Kartu Kredit Korporasi di Pertamina dan menghilangkan dana-dana lain, teman saya itu pasti senang. Dia, setidaknya orang yang tidak kemaruk. Makanya, kalau orang lain marah sama Ahok, teman saya malah senang.
Setidaknya ada yang memperingatkan bahwa model pengeluaran keuangan perusahaan negara seperti itu tak masuk akal, merupakan penggerogotan keuangan negara. Menghamburkan uang negara dan menghina rakyat.
Riak teriakan Ahok itu bukan hal receh jika ini terjadi di semua BUMN. Apalahi, ini juga soal mental korup yang sudah mendarah daging di seantero perusahaan di Indonesia. Ini yang layak diteriakkan.
Saya bangga pernah punya teman pejabat yang tidak rakus, kemaruk dan bermentap korup. Doa terbaik saya. ( mas soegeng)