SOSOK Ulil Abshar Abdalla tak lagi sekontroversial dulu. Karena kini banyak muncul tokoh yang lebih kontroversial dan lebih viral.
Kepadanya saya menkonfirmasi sejumlah nama ulama dan ustadz yang lagi hits. Lagi viral.
TENTANG BUYA SYAKUR
“Dia temannya Gus Dur. Belajarnya di Tunisia. Pernah bersahabat dengan Gus Dur. Alim. Saya suka dengan pandangannya ” katanya. “Dia sekarang dicap liberal juga, ya? ” komentarhya diiringi dengan tawa.
“Memang ini kyai abnormal, tak sesuai dengan pakem. Ilmu dan pendekatnnya di luar pakem. Beliau sendiri memang punya dengan pandangan yang berbeda
Dalam pandangn umat perlu tokoh seperti ini. Tapi jangan banyak banyak. Bisa membingungkan orang/umat.
Di kalangan orang berilmu, pandangan Buya Syakur tidak aneh. Yang bisa menolelir dan memahami Buya Syakur orang NU. Yang tak setuju adalah mereka yang tak belajar di Pondok.
Mungkin ada tak setuju semuanya, tapi biasa saja. Itu menunjukkan keberagaman yang biasa dialami NU. Dibanding penganut “Islam yang barusan”.
TENTANG GUS BAHA
Ceramahnya padat. Isinya kitab semua. Bagi saya itu penting. Supaya umat itu ada fondasinya. Buya Syakur dan Gus Baha itu pandangannya beda, tapi dua duanya penting, dua duanya alim.
Gus Baha profil yang ideal ulama sekarang. Dia bisa ngomong dengan bahasa rasional.
Saya suka sekali Gus Baha.
TENTANG GUS MUWAFIK
Sekmen pasarnya beda dengan Gus Baha dan Buya Syakur. Story telling-nya bagus, cocok untuk kalangan awam.
Ilmu yang disampaikan Gus Baha itu ilmu yang disampaikan tinggi – mensyaratkan pendidikan dan cara berpikir tertentu. Orang awam agak kesulitan. Banyak yang gak paham. Gus Muafik itu asyik. Menjelaskan masalah agama dengan enak.
Gus Baha dan Gus Muwafikj menguasai ilmu keislaman dengan baik. Gus Baha menguasai banget, karena mondoknya lama. Keahliannya memang dalam bidang tafsir. Dia dosen di lembaganya Quraish Shihab.
USTADZ DASAAD LATIF .
Saya nggak insentif, tapi ngikuti video-videonya yang viral. Itu klas ulama dalam kategori berbeda. Entertainment (menghibur).
Harus ada ulama yang begitu. Pesannya bagus. Seperti Zaenuddin MZ.
Saya senang ustadz dari Makassar itu, tapi sayangnya kurang banyak. Nggak boleh semua dari Jawa. Harus ada keragaman. Ada UAS, Taufik Dasaad, ya.
Nah yang belum ada dari Ambon dan Aceh. Padahal mereka itu penting.
Aceh belum memproduksi ulama yang bisa berkomunikasi di tingkat nasional. Sayang sekali. Indonesia beragam, karena muslim Indonesia bermacam ragam.
USTAD ABDUL SOMAD
Saya tidak selalu setuju dengan ceramahnya UAS, Ustad Abdul Somad – tapi buat saya dia penting, karena mewakili etnik Melayu.
Senang saya ada ustadz dari Melayu muncul di tingkat nasional. Saya menikmati juga, meski kadang nggak setuju dengan isinya.
Yang saya nggak setuju, (kepada mereka yang) dipanggil ustadz, tapi nggak ada ilmunya.
Kalau UAS ada dalilnya. Karena dia belajar di Al Adzar.
Saya jengkel sama mereka yang baru pindah agama, terus dikasi panggung, nggak ada ilmunya, terus “ngecepres” – asal ngomong.
Ustadz Salafi pun saya respek, kalau ada ilmunya. Berilmu.
Saya punya pandangan beda, bahkan beda dengan teman teman NU juga.
Menurut saya itu, sekarang ini polarisasi di kalangan umat islam tajam sekali. Ada yang karena politik, aqidah, etnik, politik, kepentingan ekonomi dan macam macam.
Menurut saya diperlukan tokoh yang bisa mendamaikan semua.
Damai tidak berarti sepakat. Tapi bisa berkumpul dalam persahabatan.
Saya merindukan tokoh yang bisa menyatukan – meski yang menyatu punya pandangan beda semua. Ada tokoh yang bisa merangkul.
Sayangnya, tokoh yang seperti itu belum ada. ***