Seide.id – Urip Mung Mampir Ngguyu atau Hidup Hanya Mampir Ketawa adalah judul sebuah buku.
D ibawah koordinator Agus dkk, buku yang digagas oleh para pelaku seni , dihadiahkan kepada Budayawan Butet Kartaredjasa karena sumbangsihnya pada dunia seni di Indonesia.
Buku setebal 524 halaman ini, jadi salah satu hal yang menandai bahwa usia Butet sudah menginjak 60 tahun..
Uasuwookkk, mungkin itu yang akan diucapkan seniman multi talenta ini kalau dibilang, “Masih muda kog. Masih bisa ikut lomba triatlon.”
Kenapa disebut multi talenta?
Karena semua kebisaan diborong.
Mahir melukis, lulusan Asri. Jago menulis, tercatat pernah aktif sebagai wartawan, koreagrafer tari, aktor, pembawa acara dan dikenal sebagai Raja Monolog.
Ibaratnya, seni adalah napas kehidupan dari pemilik nama Bambang Ekoloyo Butet Kartaredjasa kelahiran Yogyakarta tahun 61 ini.
Satu-satunya karirnya yang melenceng dari seni adalah statusnya di Warung Bu Ageng.
“Bagian test food alias icip icip..”
Pemilik warung, tidak lain dari Butet dan istrinya, Rully Isfihana.
Perjalanan Panjang 60 tahun
Tentang semua kebisaan Butet tertera dalam buku Urip Mung Mampir Ngguyu (UMMN) dengan gambar sampul wajahnya.
Membaca buku ini, artinya menelusuri perjalanan Butet dalam dunia seni.
Isinya tidak dibumbu-bumbui, karena bukan novel atau fisik dan bukan ditulis oleh Butet.
Buku UMMN menggambarkan bagaimana pandangan para penulisnya tentang Butet. Baik ia sebagai pelaku, seni itu sendiri dan sebagai salah satu tiang seni di Indonesia.
Boleh dibilang, buku UMMN layak jadi referensi bagi mereka yang tertarik menjadikan seni bagian dari hidup mereka.
Sejumlah tokoh hadir dalam buku ini. Mereka tokoh yang pernah berhubungan dengan Budayawan ini.
Tersebut di antaranya tokoh di pemerintahan, Presiden Jokowi, Megawati Soekarnoputri, Basuki Tjahaja, Dahlan Iskan dan masih banyak lainnya.
Mereka yang mengisi tulisan pada buku tersebut juga para tokoh dan publik figur.
Keterlibatan mereka menjadikan buku ini sebagai satu-satunya buku yang berbeda dari yang lainnya yang pernah ada.
Tapi itu bukan satu-satunya hal yang paling menarik.
Yang menarik adalah, kenapa mereka mau repot-repot meluangkan waktu untuk menjadi bagian dari buku ini?
Kenapa mereka mau menjadi bagian dari Butet Kartaredjasa ketika ia mengatakan Urip Mung Mampir Ngguyu?
Tentunya tidak mudah bagi Agus dkk mengkoordinir pembuatan buku UMMN.
Tapi apa yang telah Butet Kartaredjasa buat bagi dunia seni di Indonesia dan turun tangannya dalam membantu para pelaku seni, menjadikan dirinya memangt layak memperoleh persembahan buku ini.
Apa artinya hidup bagi Butet?
“Hidup memang menunggu mati.
Sambil menunggu mati, kita harus bekerja untuk memuliakan kehidupan.
Tapi adakalanya, sambil menunggu mati, kita juga harus mencicipi pahitnya kesengsaraan kehidupan .”
(Butet Kertaradjasa)
Urip Mung Mampir Ngguyu
(ricke senduk)
Ketika BTP Ahok dan Butet Kartarejasa Sama-Sama Teriak, Ampun